Diawali dengan perjalanan bersepeda ke Karawang membuat saya merasa mampu menempuh perjalanan sejauh 50 km tanpa kendala. Jadilah saya mulai mencari rute baru untuk acara bersepeda. Sudah mulai bosan dengan rute JB-Marunda dan JB-Bunderan HI.
Terakhir bersepeda dengan Wira, ketika mencapai Bunderan HI, saya mengajaknya untuk melanjutkan perjalanan ke Museum Fatahillah. Ternyata seru juga. Dan saya pernah sewa sepeda onthel di Taman Fatahillah untuk keliling Kota Tua beberapa tahun yang lalu. Ketika mendapat kabar dari uni Jess, bahwa ada temannya (Aryn) yang akan berkunjung ke Jakarta, langsung terpikir untuk mengajak naik sepeda ke Kota Tua. Ide tersebut saya sampaikan ke Ni Jess dan disambut dengan baik oleh Aryn. Kebetulan Aryn juga senang naik sepeda. Jadilah hari ini, saya dan Aryn dan disusul oleh Wira pergi keliling Kota Jakarta. Pagi ini yang berangkat dari Jatinegara Baru hanya saya dan Aryn, karena Wira ada acara di Padang dan akan menyusul setelah kembali dari Padang. Rencana berangkat jam 6 agak mundur karena urusan persiapan. Sebelum setengah 7 kami sudah berangkat. Perjalanan dimulai dengan menyusuri jalan perumahan dan kemudian masuk ke arah kampung Waru Doyong dan menyeberangi sungai. Pemandangan pertama ini dari suasana perumahan berlanjut ke suasana perumahan padat penduduk dengan rumah yang mepet ke jalan. Belum lagi jalannya sebagian ada yang masih tanah berbatu. Setelah itu kami memotong masuk ke Kawasan Industri Pulogadung. Pemandangan berubah dari perumahan penduduk ke gudang-gudang dan pabrik. Lalu kami memasuki jalan Pemuda yang ternyata sedang berlangsung Car Free Day untuk wilayah Jakarta Timur. Aryn cukup terpukau melihat banyaknya orang di jalan. Ada yang sedang senam, jalan/lari pagi dan bersepeda. Selain itu ada juga atraksi barongsai di depan toko Ace Hardware.
0 Comments
Jatuh cinta berat sama sepeda ini sejak pertama kali lihat. Warnanya yang putih dengan kombinasi kulit coklat pada stang serta hitam, dan modelnya bagus. "Bagus banget sepedanya, kayak sepeda-sepeda di luar negeri", itulah hal pertama yang terlintas di otak saya. Padahal saat itu saya sedang menservis rutin si Citi. Sempat pikir-pikir pengen beli, tapi saya masih suka banget sama si Citi.
Setelah hampir sebulan terbayang-bayang sepeda ini, akhirnya merayu-rayu Wira buat beliin. Syarat dari Wira adalah si Citi dijual buat nambahin uang beli si Luxe. Lagi juga buat apa sepeda banyak-banyak di rumah. Akhirnya setelah menawarkan dan bujuk-bujuk Yani buat beli, dia setuju untuk menalangi sementara sampe ada pembeli lain yang berminat membeli. Akhirnya seminggu sebelum tahun baru, kami hunting sepeda ini. Ternyata sejauh ini hanya ada di Roda Link di Kelapa Gading. Langsung meluncur kesana buat beli. Sepeda ini saya beli tahun lalu. Sekarang saya mau sedikit bercerita tentang sepeda saya. Seperti review tapi informal lah. Hanya berdasarkan pengalaman saya memakainya selama 3,5 bulan.
Sepeda ini saya beli setelah paginya Wira dan saya mencoba rute ke kantor Wira. Memang sudah agak lama kami ingin membeli sepeda tetapi masih banyak pertimbangan. Setelah mencoba rute, akhirnya kami putuskan untuk membeli sepeda. Awalnya kami mengincar seri Sierra keluaran Polygon, tetapi ternyata stoknya sedang kosong. Jadilah kami coba masuk ke toko sepeda United dan ternyata ada sebuah city bike yang eye catching banget. Warnanya hijau telor asin dan coklat. "Keren juga sepeda ini", adalah hal pertama yang terlintas di otak saya. Langsung lah jatuh hati :) Kalau baca judulnya mungkin yang terpikirkan adalah "aaakkkhhhh....biasa aja". Tapi buat kami ini luar biasa, karena selama ini kalau ketemuan sama teman biasanya naik mobil atau taksi. Tapi karena kali ini janjiannya jam setengah 8 pagi dan hari minggu, maka saya dan Wira putuskan untuk naik sepeda saja. Lumayankan bisa sambil olahraga.
Setelah siap-siap dan sedikit kesiangan dari jadwal yang direncanakan, akhirnya kami berangkat dari rumah sekitar jam setengah 7. Rute yang kami ambil adalah rute biasa kearah kalau menuju bunderan HI. Tapi begitu mencapai Mesjid Sunda Kelapa, kami belok kiri ke arah Guntur/Halimun. Lalu masuk jalan Sudirman dari arah gedung Landmark. Menyusuri jalan Sudirman dan berputar balik sebelum jembatan Semanggi lalu mengarah ke Bendunga Hilir atau lebih ngetop dengan Benhil. Ternyata kami hanya membutuhkan waktu 1 jam 11 menit untuk mencapai tempat ini. Jam setengah 8 kami sudah sampai di Pasar Benhil. Kali ini kami akan ketemuan di Bofet Mini, sebuah tempat makan yang menjual makanan khas Minang di dalam pasar Benhil. Berhubung kami belum pernah kesini, jadi agak bertanya-tanya dimana tempatnya. Dan ketika Wira menghubungi Beben, salah satu temannya, dia pun belum sampai. Jadilah kami berdiri-diri di depan pasar. Kesempatan kali ini saya gunakan untuk foto-foto sekitar Benhil untuk menambah koleksi hipstamatic untuk Jakarta. Tak lupa bernarsis ria dengan sepeda untuk koleksi album foto Cycling yang belakangan ini agak lupa diperbanyak :) |
Categories
All
Blog WalkingArchives
July 2024
|