Sebenernya ini cerita lama yang agak telat ditulis. Tapi tidak masalah jika diceritakan sekarang.
Setahun yang lalu, ketika Wira dan saya tinggal di Khon Kaen, beberapa kali kami pergi ke Bangkok untuk berkunjung dengan menggunakan bis. Nama perusahaan bis yang kami gunakan adalah Nakhonchaiair. Meskipun namanyanya ada kata “air” bukan berarti ini adalah pesawat :). Bis AC yang lengkap dengan pramugari/pramugaranya cukup nyaman untuk perjalanan jauh antar kota. Kami cukup membayar 384 THB (sekitar Rp. 120.000) untuk perjalanan Bangkok-Khon Kaen atau sebaliknya. Untuk biaya sebesar itu biasanya kami mendapat kursi yang cukup nyaman dan bisa diatur. Jika cukup beruntung, kita bisa dapat jenis kursi pijat, sehingga tetap nyaman selama dalam perjalanan. Selain itu, dengan biaya tersebut kita biasanya dapat makanan, minuman dan snack. Well...kalau makanannya berupa daging, hampir bisa dipastikan itu babi. Jadi pas dikasih makanan harus lihat-lihat dulu. Wira pernah beruntung dengan mendapat lauk ayam. Pada beberapa bis juga terdapat monitor disetiap kursi, sehingga kita bisa pilih sendiri hiburan selama perjalanan. Tapi jika tidak ada, maka di atas bis tersedia monitor ukuran lebih besar dan hiburannya biasanya lagu atau film bahasa Thailand. Perjalanan Bangkok-Khon Kaen atau sebaliknya membutuhkan waktu sekitar 6 jam.
0 Comments
Bingung membaca judul diatas? Tidak usah bingung, karena saya akan bercerita sedikit tentang benda ini.
Songtaew yang dalam bahasa aslinya berarti two row atau dua baris adalah salah satu moda transportasi massal yang ada di Thailand. Kendaraan ini mirip dengan omprengan/mikrolet/angkot di negara kita. Songtaew ini menggunakan mobil jenis pick-up yang ditambah dengan sejenis tutupan yang terbuat dari besi pada bagian belakangnya (lihat fotonya saja ya kalau bingung). Mirip dengan omprengan tapi bukan menggunakan terpal sebagai tutupan. Tutupan dibagian belakang ini cukup tinggi sehingga penumpang bisa berdiri didalamnya. Kendaraan ini semi terbuka. Pada bagian bak yang semi tertutup ini disediakan 2 buah bangku panjang 2. Kapasitas songtaew ini bisa sampai dengan sekitar 20-22 orang (kalau maksa banget). Dua belas orang duduk di kursi panjang (@ 6 orang) dan 6 berdiri diantara kursi panjang, 2-4 orang pada bagian belakang dan 1-2 orang disamping supir. Kita masuk dari bagian belakang songtaew yang sudah dimodifikasi sehingga mudah untuk naiknya. Karena semi terbuka, pada bagian sisi songtaew dipasang terpal/plastik untuk menghindari masuknya air hujan (tutupannya mirip kayak di bajaj). Seperti mikrolet dan angkot di Indonesia, songtaew juga bisa diberhentikan dimana saja. Penumpang cukup membunyikan bel yang ada di dekat tempat duduk. Biayanya jauh dekat 9 THB (atau sekitar Rp. 2500). Sebenarnya dibawah tulisan 9 THB ada pilihan lagi 6 THB dan 5 THB, mungkin itu untuk pelajar dan anak-anak. Di Khon Kaen ada sekitar 21 jurusan songtaew yang bisa mengantar kita berkegiatan. Rute songtaew di Khon Kaen bisa dilihat disini. Menurut saya, transportasi di Berlin sangat nyaman untuk sebuah kota. Berbagai pilihan transportasi massal yang terintegrasi memudahkan untuk berkeliling kota. Di kota ini tersedia bis, tram, S-Bahn, U-Bahn & kereta lainnya seperti RE serta taksi. Transportasi massal pun cukup nyaman.
Saya biasa menggunakan transportasi massal ini karena kami tidak mempunyai kendaraan pribadi selama tinggal disini. Tempat tinggal kami yang hanya berjarak 50 m dari S+U-Bahn memudahkan kami untuk berpergian kemana saja walaupun apartemen kami tidak terletak di tengah kota Berlin. Selain itu, transportasi menuju tempat kami ada 24 jam. Saya menggunakan tiket bulanan zona AB seharga 74 € (untuk pelajar hanya 53 €) untuk jenis pembayaran transportasi yang kami gunakan. Sedangkan tiket untuk zona C hanya kami beli jika kami perlu pergi ke daerah tersebut. Selain transportasi massal, sepeda juga menjadi salah satu pilihan transportasi di Berlin. Disini, sepeda bisa masuk ke dalam S dan U-Bahn, tentunya dengan tiket extra. Jika berkesempatan untuk berkunjung ke kota ini dan ingin berkeliling kota dengan hemat, bisa menggunakan transportasi massal ini. Bisa beli tiket harian (berlaku dari jam dibeli sampai pukul 3 pagi keesokan harinya), 3 harian, 5 harian, atau 1 minggu. Harga tiket bervariasi tergantung jumlah hari dan zona yang dipilih. Beberapa tiket dapat digunakan untuk mendapatkan potongan harga jika berkunjung ke museum atau tempat lainnya. Setelah 4 hari di Hamburg, perjalanan kami lanjutkan ke Amsterdam. Kali ini kami akan menginap di apartemen om Arman. Perjalanan kami ini memang cukup hemat untuk urusan akomodasi karena kami sekalian mengunjungi keluarga yang ada di Eropa. Jadi urusan tempat tinggal, aman terkendali :).
Kami berangkat ke Amsterdam menggunakan IC (intercity). Tiket kereta sudah kami beli jauh-jauh hari. Perjalanan kami dari Hamburg Hbf ke Osnabrück (2 jam) lalu ke Amsterdam Zuid (3,5 jam). Karena kami tidak booking tempat duduk, 45 menit terakhir perjalanan ke Osnabrück kami terpaksa berdiri. Keretanya penuh sekali. Saran kami, sebaiknya beli tiket sekalian booking tempat duduk. Walaupun menambah beberapa Euro, tapi kenyamanan lebih terjamin. Karena kereta dari Hamburg telat, maka kami terpaksa menunggu sekitar 1,5 jam untuk kereta berikutnya ke Amsterdam Zuid. Akhirnya sampai juga kami Amsterdam Zuid. Sampai disana kami cukup bingung, karena sistem tiket kereta di Amsterdam berbeda dengan ketika kami kesana (baru berubah sekitar 1 tahun). Setelah mondar mandir gak jelas, akhirnya kami menemukan caranya :). Kami membeli OV-Chipkaart. Ini adalah chipcard yang digunakan untuk sistem transportasi di Amsterdam. OV-Chipkaart ini menggunakan sistim touch and go dan bisa kita isi ulang di mesin khusus. Harga starterpack-nya 7,5 €. Kita bisa juga beli tiket yang 2 jam-an. |
Categories
All
Blog WalkingArchives
July 2024
|