Jika saya ditanya, "kerja dimana sekarang?". Biasanya saya akan menjawab, "Rengasdengklok". Dan respon tersering yang saya dengar adalah, "dimana tuh?". Mmmmhhhhh...agak repot saya menjawabnya.
Satu hal yang saya ingat dari pelajaran sejarah ketika SD, SMP dan SMA tentang Rengasdengklok adalah tempat ini termasuk tempat penting pada proses kemerdekaan bangsa Indonesia. Salah satu cerita tentang Peristiwa Rengasdengklok bisa dibaca di sini. Ceritanya, pada hari Kamis tanggal 30 April 2009, saya berkesempatan untuk berkunjung ke rumah bersejarah Rengasdengklok. Rumah bernomor 1533 di Dusun Bojong, Kec. Rengasdengklok ini dimiliki oleh Djiaw Kie Siong, seorang petani keturunan Cina yang tinggal di pinggiran sungai Citarum. Rumah yang setelah terjadinya banjir besar pada tahun 1956 akhirnya dipindahkan ke tempat yang baru pada tahun 1957. Tempat yang baru ini hanya berjarak beberapa puluh meter dari lokasi aslinya. Sementara lokasi aslinya sendiri sekarang sudah berdiri sebuah tanggul untuk mencegah banjir. Meskipun rumah ini adalah rumah bersejarah tetapi menurut pengakuan cucu Djiaw Kie Siong, mereka tidak mendapatkan dana untuk merawat rumah tersebut dari pemerintah. Hingga sempat terlintas oleh keluarga untuk menjual rumah ini karena keluarga merasa berat dengan biaya pemeliharaannya. Sangat disayangkan memang. Tetapi perawatan rumah yang terbuat dari kayu jati ini memang membutuhkan dana yang tidak kecil.
0 Comments
Kali ini tempatnya tidak berada di kota Karawang. Tetapi ada di Rengas Dengklok. Memang Rengas Dengklok masih berada di Kabupaten Karawang.
Sorabi atau serabi ini adalah makanan khas Indonesia. Yang membedakan serabi ini dengan serabi yang lain adalah konsistensi dan kuahnya. Serabi ini lebih kenyal dibandingkan serabi lain. Serabinya pun hanya 1 warna yaitu hijau dengan zat pewarnanya menggunakan daun pandan suji. Perbedaan yang lain adalah memakannya dengan disobek dan 'dicocol' pada kuahnya yang kental. Jadi tidak disiram dengan kuah. Rasa kuahnya ada 2 macam yaitu rasa manis biasa dan rasa durian. Untuk harga sekotak serabi biasa (isi 10 buah dengan kuah rasa biasa) Rp. 14.000, sedangkan untuk serabi durian (isi 10 buah serabi dengan kuah rasa durian) Rp. 15.000. Pembuatan serabi ini masih menggunakan cara tradisional yaitu dimasak dengan menggunakan tungku kayu bakar dan gerabah (apa ya namanya?). Bagaimana cara mencapai tempat itu? Dari tol Cikampek, keluar di pintu tol Karawang Barat lalu melewati akses jalan tol ke arah kota Karawang. Lalu naik ke flyover dan belok kiri di lampu merah. Susuri saja jalan Pangkal Perjuangan (bypass) sampai bertemu terminal Tanjung Pura (setelah melewati bunderan) di sebelah kanan jalan. Lalu belok kanan kearah Rengas Dengklok. Susuri saja jalan itu, sekitar 10 km. Setelah bertemu Teminal Rengas Dengklok (yang nyaris tidak ada kehidupan, kecuali petugas terminal yang duduk-duduk di depan terminal) belok ke kiri kearah Tugu Proklamasi. Diujung jalan itu, belok ke kanan dan setelah beberapa meter akan ketemu pertigaan dan ambil jalan ke kiri. Gak jauh dari situ, keliatan deh tempat jualan serabinya. Rasanya enak, cocok untuk mendapat 4 bintang. Ide jalan-jalan ke Situ Gunung muncul ketika returnees NOD 2 sedang kumpul-kumpul dibulan Maret. Kebetulan Tisi punya rumah yang bisa kita pakai. Lumayan nih ada tempat tinggal gratisan :) Jadilah kami menentukan tanggal 17-19 April 2009 untuk pergi kesini.
Tanggal 17 April malam, kami janjian untuk ketemuan di Citos jam 7 malam. Selain saya, yang berangkat ada Tisi (tentunya yang punya tempat), Melissa, Elsza, Diah, dan Yani. Kami berangkat menggunakan 2 mobil. Karena satu dan lain hal, kami baru berangkat meninggalkan Jakarta sekitar pukul 10 malam dan sampai di tempat menginap, Villa Cemara Cisaat, setelah lewat pukul 1 pagi. Mendadak perut kami keroncongan. Efek sampai tengah malam sepertinya :) Jadilah beberapa orang mengisi perut dengan pop mie. Setelah itu kami bersiap untuk tidur. Di Villa Cemara ada 3 kamar yang tersedia dengan kapasitas 10 orang. Berhubung hari cukup dingin, jadilah kami menumpuk disatu kamar. Kami bangun cukup siang hari ini dan langsung menyantap sarapan pagi yang sudah disediakan. Tisi sudah mengatur dengan pemilik warung didekat Villa Cemara untuk menyediakan makan kami. Sarapan pagi ini dengan nasi uduk, telur dadar, kering tempe dan sambal. Setelah leye-leye sejenak, kami memutuskan untuk berjalan ke danau di Taman Wisata Alam Situ Gunung. Selain danau, disini bisa juga pergi ke air terjun. Sebelum masuk ke kawasan yang berada di Gunung Gede Pangrango ini, kita harus membeli tiket. Perjalanan dari Villa Cemara ke danau tidak memakan waktu terlalu lama karena villa tersebut berada di depan pintu masuk kawasan ini. Tetapi karena sudah siang, danau sudah tidak terlalu bagus untuk difoto. Kami hanya menghabiskan waktu 30 menit untuk foto-foto ditempat ini. Setelah berdiskusi sejenak, kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan ke air terjun. Sebagai pemandu, Tisi belum pernah melakukan perjalanan dari danau langsung ke air terjun dalam satu waktu. Tapi karena memikirkan harus berjalan menanjak kearah pintu gerbang masuk kawasan Situ Gunung dilanjutkan perjalanan ke air terjun, kami berusaha mencari tahu apakah ada jalan lain menuju air terjun tanpa harus lewat pintu gerbang. Setelah bertanya pada penduduk sekitar yang kebetulan lewat dan ditunjukkan jalan yang harus kami ambil, kami pun mulai berjalan. Berdasarkan info, memakan waktu 30 menit untuk mencapai air terjun (tapi kalau kuat jalan menanjak tanpa putus napas :D). Jadilah kami cukup optimis untuk memulai perjalanan. Kalau dipikir-pikir, banyak yang bisa dilakukan sambil menunggu panggilan untuk membius pasien di Rengas Dengklok. Antara lain adalah mengeksplorasi Kabupaten Karawang. Baik mengeksplorasi makanan khas daerah Karawang maupun tempat-tempat tujuan wisata di Karawang. Hal tersebut yang membuat saya memutuskan untuk berkeliling Karawang mencari tempat menarik untuk dikunjungi. Ikuti cerita-cerita saya, barangkali bisa jadi tujuan wisata suatu hari nanti.
Tempat yang selalu memanggil hati untuk dikunjungi adalah Candi Jiwa Batujaya. Kenapa begitu menarik? Ketika kita keluar dari jalan tol Cikampek di pintu tol Karawang Barat, akan terlihat sebuah papan hijau dengan ukuran sedang bertuliskan “Candi Jiwa Batu Jaya 49 km”. Sepengetahuan saya selama ini, candi-candi itu biasanya ada di daerah Jawa Tengah dan Jogjakarta. Well, mungkin ini karena pengetahuan sejarah saya yang terbatas. Sehingga tulisan itu menggugah saya untuk pergi berkunjung. Kebetulan sekali, keluarga suami saya juga belum ada yang pernah kesana. Setelah pembicaraan dan perdebatan yang cukup panjang. Saya dan suami memutuskan untuk pergi ketempat ini. Bermodalkan peta Karawang yang tidak terlalu “up to date” tapi masih bermanfaat, google earth dan hasil browsing di “om google” kami berangkat. Wisata kuliner di Karawang kali ini adalah Soto Gempol. Soto ini ngetop banget di daerah Karawang. Bahkan banyak orang yang mau pergi ke Bandung, bela-belain keluar di Karawang Barat hanya untuk mampir ke tempat ini. Rumah makan ini terletak di jalan lama Karawang, tepatnya Jalan Rangga Gede No. 33. Makanan yang tersedia disini adalah soto dengan isi daging, ayam, dan babat. Bisa juga pesan isi campur. Soto yang gurih ini mirip dengan soto betawi yaitu menggunakan santan. Bedanya, kalau soto betawi ini warnanya putih, sedangkan soto gempol warnanya kekuningan. Soto ini dinikmati dengan acar dan perasan jeruk nipis serta sepiring nasi hangat. Saking ramainya orang yang makan di tempat ini, ketika saya datang, isi yang tersedia hanya tinggal ayam dan babat saja. Yang jadi masalah, adalah saya lupa bertanya pastinya harga soto tersebut. Karena ketika saya makan disana, hanya harga total saja yang disebutkan oleh pelayan. Nanti akan dicari tahu lagi deh dengan makan disana :)
Saya memberikan 4 bintang untuk soto ini. Wisata kuliner selanjutnya adalah Bakso Yatmin.
Terletak di Jalan Dewi Sartika Karawang, dekat pasar buah. Tempat ini sudah ada sejak jaman dahulu kala. Bahkan jamannya mertua saya masih pacaran lebih dari 30 tahun yang lalu, mereka pernah beberapa kali ketempat ini. Tempat ini selalu ramai dikunjungi warga Karawang. Makanan yang tersedia di Bakso Yatmin adalah mie ayam dan mie bakso. Jenis bakso yang tersedia juga bermacam-macam seperti bakso urat, dll. Sedangkan untuk minuman tersedia es teler, es jeruk dan kelapa muda, serta jus alpukat. Makanan dan minuman disini berkisar antara Rp. 1000 - Rp. 9000. Untuk rasa saya berikan 3 bintang untuk tempat ini. |
Categories
All
Blog WalkingArchives
July 2024
|