Banyak pengalaman baru selama tinggal di Berlin. Salah satunya mencicipi makanan Mexico (selain taco, burito dan nacho) dan Yunani.
Pada suatu akhir pekan, Wira dan teman-temannya mengadakan acara makan malam bersama ala anak kuliahan (bukan di restoran dengan makanan mahal). Acara ini diadakan disalah satu apartemen teman Wira yang berasal dari Yunani. Well... sebenernya dia sudah lama tinggal di Berlin. Tema makanannya adalah makanan Mexico dan Yunani. Dan yang istimewanya adalah makanan ini dibikin sendiri dari bahan mentah dan bukan pesan dari restoran. Kami biasa mengadakan acara makan malam seperti ini dengan menu berbeda-beda. Saya sendiri pernah memasak ayam bumbu rujak (pakai bumbu Bamboe) buat salah satu acara kelas Wira ini. Jangan tanya saya nama makanan ini. Tapi tentunya semuanya enak (apa karena saya doyan makan ya? :p) Hanya satu nama yang saya ingat yaitu quesadilla. Ini juga karena setelah acara ini, kami beberapa kali membuat makanan ini. Kalau tidak ingat ada sekitar 20 orang disana, rasanya ingin nambah dan nambah lagi :p Salad yang dibuat rasanya segar. Shrimp saladnya juga enak. Ada yang seperti spring roll dengan isi sayuran dan ayam dilengkapi dengan sayuran dibagian atasnya dan keju feta. Ada juga menu enchiladas isi ayam, tomat, dan bumbu-bumbu yang digulung dalam tortillas dan dipanggang dengan keju diatasnya. Aaaaahhhh... menuliskan ini membuat saya laper :p Dari dua menu makanan ini tampak perbedaan antara makanan Mexico dan Yunani yang saya coba. Makanan Mexico lebih keras bumbunya dibandingkan makanan Yunani. Walaupun tidak ada apa-apanya dibanding makanan Indonesia. Selain itu, makanan Yunani kali ini lebih banyak sayurnya. Ini juga untuk mengantisipasi teman-teman yang vegetarian. Well... it's a new experienced for my tongue... and now I'm craving for nachos. Silakan klik "read more" untuk melihat foto-foto makanan lainnya...
0 Comments
I've been craving for me ayam since last week. And finally I had it yesterday after drop Wira in the office. Yeah... I'm so happy... This is one of my favourite food since I was little. Mie ayam with plenty of chicken broth and a spoon of sambal ulek is my kind of way enjoying it. And now I'm craving for another bowl of it :D
I spent time with my best friends since high school. They are first people I get to know after I got back from exchange student program in 1994. What we do mostly now is meet and eat and sharing stories and chat about almost anything. Thanks for being my friends and hope our bond getting stronger everyday...
Last few days I stayed at home since I just recovery from fever. So I have dinner date with my husband at Nasi Uduk Kebon Kacang. It almost turn out into candlelight dinner because when we ordering the food, the power just shut down. Thanks God it just only for a while. When we are eating the power back on again.
Some left over from Cirebon. On second day in Cirebon, we ate Empal Gentong Krucuk. The place is not far from our hotel. This is how they prepared our food. Empal Gentong is one of typical Cirebon culinary. So...if you go to Cirebon, go find this food.
This is our late lunch menu today. Since Wira on a break, we decided to try this culinary place in Cikampek. It called Sate Maranggi Cibungur. We are on the way to Karawang today. But to reach this place you have to passes by Karawang. But since this is one of the place I had not chance to visit during the time I work in Karawang, so here we go. I only recalled a blurred memory about this place. All I can remember I had eat in this place once with my family. So I guess I'll write a review on this blog about this place some other time.
On March 6th, 2012, Wira and I went to Raclette Night. This event was held by CAGI at Societe Des Vieux Grenadiers. We only have to pay 20 CHF for all you can eat raclette and first drink. In Geneva, this is a cheap price to eat. There's a lot of people come to this event.
The event start with explanation from one of the member of Societe Des Vieux Grenadiers. And then continued with ate raclette until you drop. It was fun and full. Beberapa hari yang lalu Wira pulang dari kampus sambil membawa makanan untuk berbuka. Wira berkata, “Yang, aku beli buah tapi gak tau namanya nih. Kita coba aja nanti rasanya.” Buah yang dibawa bulat, berwarna kecoklatan dan tampak seperti dibelah-belah tapi masih menempel.. Kata Wira buah itu dikupas lalu dicincang. Ukurannya sebesar jambu biji. Setelah waktu berbuka, rupanya Wira masih penasaran dengan buah tersebut dan mencobanya. “Asemmmm..... Buah apa sih ini?”, seru Wira sambil menyeringai keaseman. Saya sendiri baru mencoba buah itu setelah kami makan nasi dan agak malam. Ketika saya makan buah tersebut, saya merasakan rasa yang familier sekali. Saya bilang ke Wira, “rasanya kayak manggis.” Tapi bukan manggis sebenarnya yang ada di otak saya. Maksud saya adalah kecapi. Buah yang sudah jarang saya temukan di Jakarta. Akhirnya setelah dimakan lebih lanjut kami memutuskan buah ini memang kecapi. Apa yang unik dari kecapi ini? Yang unik dari buah ini adalah ukuran buahnya yang sangat besar, sekitar 2-3 kali kecapi di Indonesia. Kira-kira sebesar jambu biji medan yang sering dijadikan manisan di Indonesia. Saya rasa itu yang membuat Wira tidak ‘ngeh’ kalau itu adalah kecapi. Keunikan kedua adalah cara makan buah ini. Jika ingat jaman papa masih suka bawa kecapi sekarung dari kebun di Cileungsi, cara makannya adalah dibanting ke lantai sampai pecah atau dijepit di pintu. Dan yang dimakan adalah bagian bijinya. Rasanya asam manis tergantung tingkat kematangan buah tersebut. Kalau disini, buah itu dikupas kulitnya lalu dibelah-belah (seperti membelah jambu biji tapi tidak sampai terpisah). Dan kulitnya itu dimakan juga, bukan hanya bijinya seperti yang biasa saya makan (hanya bagian bijinya saja). Ketika saya mencoba buah ini, saya memakan kulitnya dan rasanya seperti kecapi. Dan ketika Wira membeli som tam ditempat langganan kami, ternyata ada orang yang memesan makanan mirip som tam tapi salah satu bahan yang dipakai adalah sih kulit kecapi ini. Ntah makanan apa itu, karena bahasa kami terbatas sehingga tidak bisa bertanya.
Kemarin saya terpikir untuk membuat tulisan ini dan bilang sama Wira untuk membeli kecapi lagi buat difoto. Hari ini Wira pulang dengan membawa kecapi. Selain memotret kecapi yang dibeli untuk foto tulisan ini, saya juga mencoba memakan bagian kulit kecapi tersebut. Ternyata kalau kita makan sekitar setengah ketebalan bagian dalam (yang dekat dengan biji) rasanya asam manis mirip bagian biji. Malah lebih dominan rasa manisnya. Sedangkan setengah bagian luarnya agak asam dan hambar. Jadilah akhirnya saya memakan kulit kecapi itu :) Hahaha...dapat ilmu baru nih, jadi pengen coba kecapi yang di Indonesia :). Kalo punya pengalaman makan kecapi selain yang biasa, silahkan share ya.... Menu makan siang kami kemarin adalah makanan khas Isan. Tempat kami tinggal sekarang, Khon Kaen, termasuk dalam wilayah Isan. Makanan yang kami makan adalah khao niao (nasi ketan), som tam (salad pepaya muda) dan ayam goreng. Seharusnya yang terakhir itu kai yang (ayam bakar), baru deh lengkap makanan khas Isan-nya.
Biasanya di Sumatera Barat, nasi ketan dimakan bersama durian, pisang goreng, sarikaya, atau tape hitam. Sedangkan khai niao di daerah Isan biasa dimakan sehari-hari bersama lauk pauk. Walaupun biasanya pasangannya seperti disebut diatas. Salah satu makanan khas Isan yang lain adalah som tam. Ini adalah salad pepaya muda yang diserut dan dikasih berbagai bumbu. Pertama, bumbu-bumbunya diulek pake ulekan seperti untuk bikin rujak bebek. Lalu ditambahkan pepaya muda yang sudah diserut. Kadang ada tambahan lain seperti kacang tanah goreng atau kacang panjang. Ketika makan som tam bisa ditemukan empat rasa utama pada masakan Thai yaitu asam, pedas, asin khas fish sauce dan manis. Makanan ini bisa juga ditemukan di Laos dan Cambodia. Saya sudah pernah coba yang di Phnom Penh. Bedanya, disini lebih pedas. Rasanya enak dan segar. Sepertinya ini salah satu makanan yang harus dipelajari cara bikinnya :). Bila kita memesan som tam, biasanya langsung dibikin di depan kita, sehingga bisa request bila tidak ingin terlalu pedas atau yang lain-lain. Sudah lama tidak posting disini. Padahal ada beberapa hal yang pengen ditulis. Sekarang kita mulai lagi deh....
Tempat makan kali ini terletak di jalan akses tol Karawang Barat. Tepatnya di depan perumahan Resinda. Tempat makan ini dinamakan MEIJI FOODCOURT. Makanan yang dijual disana seperti judulnya adalah sate. Disini dijual sate ayam dan sate kambing. Selain itu ada juga sop kambing/ayam. Warung sate madura Pak Nur buka setiap hari mulai dari jam 4 sore dan tutup bila dagangan sudah habis. Apa istimewanya sate ditempat ini? Sate kambingnya empuk dan tidak bau 'mbek'. Begitu juga dengan daging sop-nya. Begitu juga dengan sate ayamnya. Kalo sop ayam belum pernah saya cobain. Harga makanan disini pun cukup terjangkau. Harga sate ayam Rp. 10.000/porsi, sate kambing Rp. 13.000/porsi dan sop kambing Rp. 10.000/porsi. Di MEIJI FOODCOURT banyak juga jenis makanan lainnya seperti nasi uduk (yang ini enak juga), sate maranggi, dll. Untuk warung sate madura Pak Nur saya memberikan 4 bintang. Silakan dicoba kalo mampir di Karawang. Mmmmhhhh... mungkin bingung dengan judul diatas. Comset itu kependekan dari combro setan. Kenapa namanya mesti begitu? Bukan karena combro ini dijual di kuburan kok, tetapi karena rasa combro ini yang sangat pedas. Bisa bikin kuping 'budek' saking pedasnya tapi bikin pengen lagi. Combro ini seperti combro lainnya berisi oncom yang dibungkus dengan singkong parut dan berbentuk bulat. Tetapi selain oncom, terdapat juga gilingan cabe rawit sebagai campurannya. Cabe rawit ini lah yang menyebabkan istilat 'setan' muncul :) Ukuran combro ini berdiameter 1,5-2 cm.
Comset ini dijual di tukang gorengan yang berjualan di jalan Tambakbaya (samping SD Karawang Kulon). Satu buah comset harganya Rp. 600. Tukangnya cuma jualan di sore hari saja (belum sempet ditanya jam berapa pastinya, ntar di update lagi deh). Makanan ini cocok untuk orang-orang yang suka dengan makanan yang pedas dan bikin kuping 'budek'... Apakah ini makanan khas Karawang? saya sendiri kurang tahu, karena baru disini saya menemukan comset. Oh ya...ada dua tempat yang jualan comset ini, tapi yang satu lagi belum ketemu tempatnya...ntar di update lagi ya kalo sudah ketemu :D Dah lama nih gak nulis ato posting photo di multiply. Pengen banget nulis tapi belum sempet juga. Padahal ada cerita dari perjalanan sebulan yang lalu yang pengen di-posting. Untuk sementara yang singkat aja dulu deh ceritanya yang di-posting duluan.
Cerita ini berawal pada suatu percakapan di pagi hari di meja makan. Pada saat itu saya sedang menyantap bubur ayam yang dibeli dari seorang tukang bubur ayam tentunya Selama tinggal di rumah yang ini, saya belum pernah membeli bubur ayam Cirebon. Biasanya saya beli bubur ayam Tambun. Tapi karena pengen banget bubur ayam dan adanya tukang yang ini (bubur ayam Cirebon) jadi saya belilah 3 mangkok. Bukan buat saya semua kok. Saya membeli bubur untuk saya 1 mangkok, Kaysan 1 mangkok isi setengah porsi dan Ibu (nenek saya) 1 mangkok. Ibu kebagian juga bubur ini karena hari ini dia mau duduk di teras, sebagai hadiah saya belikan semangkok bubur dan habis. Ternyata buburnya enak juga rasanya. Saat itu ada Ni Shanty di meja makan dan saya berkata "Ternyata enak juga ya bubur yang ini. Gue belum pernah beli nih." Ni Shanty berkata, "kemana aja selama ini? Emang biasanya beli bubur ayam yang mana?" Singkat cerita bubur ayam berakhir pada penawaran Ni Shanty untuk pergi ke Bandung karena menurut dia bubur ayam di depan rumah Martanegara juga enak :) Padahal dia males pergi naik travel tuh. Hanging out with friends on the my birthday dinner occasion with late dinner at Pizza e Birra The Plaza.
Kali ini tempatnya tidak berada di kota Karawang. Tetapi ada di Rengas Dengklok. Memang Rengas Dengklok masih berada di Kabupaten Karawang.
Sorabi atau serabi ini adalah makanan khas Indonesia. Yang membedakan serabi ini dengan serabi yang lain adalah konsistensi dan kuahnya. Serabi ini lebih kenyal dibandingkan serabi lain. Serabinya pun hanya 1 warna yaitu hijau dengan zat pewarnanya menggunakan daun pandan suji. Perbedaan yang lain adalah memakannya dengan disobek dan 'dicocol' pada kuahnya yang kental. Jadi tidak disiram dengan kuah. Rasa kuahnya ada 2 macam yaitu rasa manis biasa dan rasa durian. Untuk harga sekotak serabi biasa (isi 10 buah dengan kuah rasa biasa) Rp. 14.000, sedangkan untuk serabi durian (isi 10 buah serabi dengan kuah rasa durian) Rp. 15.000. Pembuatan serabi ini masih menggunakan cara tradisional yaitu dimasak dengan menggunakan tungku kayu bakar dan gerabah (apa ya namanya?). Bagaimana cara mencapai tempat itu? Dari tol Cikampek, keluar di pintu tol Karawang Barat lalu melewati akses jalan tol ke arah kota Karawang. Lalu naik ke flyover dan belok kiri di lampu merah. Susuri saja jalan Pangkal Perjuangan (bypass) sampai bertemu terminal Tanjung Pura (setelah melewati bunderan) di sebelah kanan jalan. Lalu belok kanan kearah Rengas Dengklok. Susuri saja jalan itu, sekitar 10 km. Setelah bertemu Teminal Rengas Dengklok (yang nyaris tidak ada kehidupan, kecuali petugas terminal yang duduk-duduk di depan terminal) belok ke kiri kearah Tugu Proklamasi. Diujung jalan itu, belok ke kanan dan setelah beberapa meter akan ketemu pertigaan dan ambil jalan ke kiri. Gak jauh dari situ, keliatan deh tempat jualan serabinya. Rasanya enak, cocok untuk mendapat 4 bintang. Wisata kuliner di Karawang kali ini adalah Soto Gempol. Soto ini ngetop banget di daerah Karawang. Bahkan banyak orang yang mau pergi ke Bandung, bela-belain keluar di Karawang Barat hanya untuk mampir ke tempat ini. Rumah makan ini terletak di jalan lama Karawang, tepatnya Jalan Rangga Gede No. 33. Makanan yang tersedia disini adalah soto dengan isi daging, ayam, dan babat. Bisa juga pesan isi campur. Soto yang gurih ini mirip dengan soto betawi yaitu menggunakan santan. Bedanya, kalau soto betawi ini warnanya putih, sedangkan soto gempol warnanya kekuningan. Soto ini dinikmati dengan acar dan perasan jeruk nipis serta sepiring nasi hangat. Saking ramainya orang yang makan di tempat ini, ketika saya datang, isi yang tersedia hanya tinggal ayam dan babat saja. Yang jadi masalah, adalah saya lupa bertanya pastinya harga soto tersebut. Karena ketika saya makan disana, hanya harga total saja yang disebutkan oleh pelayan. Nanti akan dicari tahu lagi deh dengan makan disana :)
Saya memberikan 4 bintang untuk soto ini. Wisata kuliner selanjutnya adalah Bakso Yatmin.
Terletak di Jalan Dewi Sartika Karawang, dekat pasar buah. Tempat ini sudah ada sejak jaman dahulu kala. Bahkan jamannya mertua saya masih pacaran lebih dari 30 tahun yang lalu, mereka pernah beberapa kali ketempat ini. Tempat ini selalu ramai dikunjungi warga Karawang. Makanan yang tersedia di Bakso Yatmin adalah mie ayam dan mie bakso. Jenis bakso yang tersedia juga bermacam-macam seperti bakso urat, dll. Sedangkan untuk minuman tersedia es teler, es jeruk dan kelapa muda, serta jus alpukat. Makanan dan minuman disini berkisar antara Rp. 1000 - Rp. 9000. Untuk rasa saya berikan 3 bintang untuk tempat ini. Sudah 4 tahun saya menikah dengan laki-laki yang tumbuh dan besar di Karawang, tetapi hanya sedikit sekali yang saya ketahui tentang kota Karawang. Maklum, tiap mampir ke Karawang, kita lebih banyak ngendon di rumah, ngobrol sampe menjelang pagi trus balik ke Jakarta. Tempat yang dikunjungi biasanya cuma Galuh Mas dan Resinda.
Tetapi sejak 3 minggu yang lalu, saya lebih sering berada di Karawang dibanding sebelumnya. Karena saya mulai bekerja disana. Pada minggu kedua keberadaan kami disana, suami saya menemukan sebuah buku berjudul 365 makanan di Indonesia yang dikeluarkan oleh sebuah pabrik obat. Halaman pertama adalah ulasan makanan di daerah Karawang. Berdasarkan buku itu, saya memutuskan untuk mulai mencoba makanan-makanan tersebut. Makanan pertama yang saya coba adalah BUBUR AYAM PAK WASLIM. Apa istemewanya bubur ayam ini? Mmmmhhhh....saya adalah penyuka bubur ayam. Saya selalu berusaha untuk mencoba bubur ayam di setiap daerah. Menurut buku yang ditemukan, Bubur Ayam Pak Waslim ini termasuk bubur ayam yang enak. Tempatnya ada di Alun-alun kota Karawang. Tepatnya di depan kantor Telkom. Tidak ada tulisan "Bubur Ayam Pak Waslim" di depan gerobaknya. Tulisannya cuma "Bubur Ayam". Dibandingkan tempat bubur ayam yang lain disekitar Alun-alun, memang tempat bubur ayam ini yang paling ramai. Selain bubur ayam, disini juga ada Soto Tangkar, soto khas Karawang. Tempat ini modelnya kaki lima. Buka dari jam 6.00 sampe jam 9.00 pagi. Seperti apa bubur ayamnya? Bubur ayam ini tidak terlalu cair, agak padat. Sehingga satu mangkok cukup membuat kenyang perut saya. Dilengkapi dengan kacang kedele goreng, ayam suir yang cukup banyak, bumbu santan kuning yang gurih, serta kerupuk. Bumbu kuning dan kerupuk bisa nambah sesuka hati karena disediakan bumbu santan kuning botolan di atas meja. Ada pilihan tambahan lain seperti usus, ati ampela, dll. Harganya? Untuk semangkok bubur ayam polos tanpa ati ampela atau telur puyuh Rp.7000. Sedangkan untuk semangkok bubur ayam plus ati ampela/telur puyuh Rp. 9000. Rasanya memang enak dan saya memberikan 4 bintang. Setelah sebulan yang lalu diundang untuk mencoba makanan di tempat ini, baru kemaren akhirnya jadi pergi ke Bakmi Jogja Bengawan di H. Nawi Cipete.
Kebetulan pemilik usahanya masih saudara :) Bakmi Jogjanya memang di import dari Jogja :) Sebelumnya usaha ini udah ada Bandung. Makanan yang dijual disana ada bakmi godhok/nyemek/goreng, nasi goreng dan nasi ruwet. Sedangkan untuk minuman, yang jadi andalan adalah Ronde Jawa. Maknyus rasanya :) Ada juga wedang jahe dan kopi jahe. Tapi jangan khawatir, minuman yang tidak berbau jahe juga ada kok :) Bingung nyari venue buat buka puasa yang enak dan nyaman buat sama temen-temen FKUI '96 ramadhan ini, jadilah tim survey dadakan terbentuk untuk melihat venue yang dipilih pas chatting. Venue yang kita pilih kali ini adalah Bistro 54 di Jl. Cik Di Tiro No. 54 Menteng. Tim survey kali ini ada gue, Emil, Johan a.k.a. ketua angkatan dan Yonas.
Tempatnya lumayan cozy buat duduk-duduk dan ngobrol. Tempat ini juga mudah dicapai karena letaknya yang cukup strategis. Sayang kurang Wi-fi, kalo gak mungkin residen-residen bisa kabur ke sini semua buat browsing internet :) Makanan rasanya cukup enak dan harga terjangkau. Tapi kalo cari kuantitas, tempat ini kurang cocok. Karena porsinya tidak terlalu besar. Buat gue sih cukup, tapi yang cowok-cowok masih kelaperan. Prinsipnya, tempat ini kurang pas didatangi pada saat kelaperan :) tapi untuk chit chat it's a nice place. Tempat ini tutup kalo hari minggu. Ini sangat disayangkan, karena acara yang akan kita buat itu pas hari minggu. So musti cari alternatif tempat lain deh... Foto-foto dibawah diambil ketika nunggu makanan dan ngobrol-ngobrol. Dalam rangka merayakan ulang tahun Avi dan Nurul, kami sekeluarga makan malam di Gandy's Restaurant Menteng. Foto-foto pastinya jadi kegiatan yang tidak terlupakan :)
Acara makan-makan yang selama ini gak pernah lengkap, akhirnya lengkap juga dihadiri oleh 8 orang parestesi Januari 2004.
This picture was taken in place called Segarra in Ancol. We having dinner in there last fasting month. The view and the place is good, but mosquito is every where. Nice place to take pictures too. Use some mosquito repellent to avoid the bite. The food moderate good but the prices quite high.
|
Categories
All
Blog WalkingArchives
July 2024
|