Tahun 2020 dimulai dengan sesuatu yang baru... Blog ini migrasi ke diaryofatraveler.xyz
Silakan mampir ke sana untuk cerita-cerita baru. Cerita lama juga akan dipindahkan ke sana sebagai back up... Sampai jumpa di tempat baru :-*
0 Comments
FIGHT SONG
Rachel Platten Like a small boat On the ocean Sending big waves Into motion Like how a single word Can make a heart open I might only have one match But I can make an explosion And all those things I didn't say Wrecking balls inside my brain I will scream them loud tonight Can you hear my voice this time? This is my fight song Take back my life song Prove I'm alright song My power's turned on Starting right now I'll be strong I'll play my fight song And I don't really care if nobody else believes 'Cause I've still got a lot of fight left in me Losing friends and I'm chasing sleep Everybody's worried about me In too deep Say I'm in too deep (in too deep) And it's been two years I miss my home But there's a fire burning in my bones Still believe Yeah, I still believe And all those things I didn't say Wrecking balls inside my brain I will scream them loud tonight Can you hear my voice this time? This is my fight song Take back my life song Prove I'm alright song My power's turned on Starting right now I'll be strong I'll play my fight song And I don't really care if nobody else believes 'Cause I've still got a lot of fight left in me A lot of fight left in me Like a small boat On the ocean Sending big waves Into motion Like how a single word Can make a heart open I might only have one match But I can make an explosion This is my fight song Take back my life song Prove I'm alright song My power's turned on Starting right now I'll be strong (I'll be strong) I'll play my fight song And I don't really care if nobody else believes 'Cause I've still got a lot of fight left in me Know I've still got a lot of fight left in me Songwriters: Dave Bassett / Rachel Platten Fight Song lyrics © Sony/ATV Music Publishing LLC DANCE WITH MY FATHER
Back when I was a child Before life removed all the innocence My father would lift me high And dance with my mother and me And then Spin me around 'till I fell asleep Then up the stairs he would carry me And I knew for sure I was loved If I could get another chance Another walk Another dance with him I'd play a song that would never ever end How I'd love love love To dance with my father again When I and my mother Would disagree To get my way I would run From her to him He'd make me laugh just to comfort me yeah yeah Then finally make me do Just what my mama said Later that night when I was asleep He left a dollar under my sheet Never dreamed that he Would be gone from me If I could steal one final glance One final step One final dance with him I'd play a song that would never ever end Cause I'd love love love to Dance with my father again Sometimes I'd listen outside her door And I'd hear how mama would cry for him I'd pray for her even more than me I'd pray for her even more than me I know I'm praying for much to much But could you send her The only man she loved I know you don't do it usually But Dear Lord She's dying to dance with my father again Every night I fall asleep And this is all I ever dream Songwriters: Luther Vandross / Richard Marx Dance with My Father lyrics © Sony/ATV Music Publishing LLC Tanggal 12 Desember 2016 yang lalu, ada info masuk di WAG kalau Pak Pakar sakit dan dirawat di ICU karena stroke dan gangguan irama jantung. Dan tanggal 15 Desember 2016, saya dan Vita berkesempatan untuk menengok Pak Pakar yang sudah pindah ke ruang rawat biasa. Saat itu beliau masih sadar dan merespon walaupun tidak bisa berbicara. Beliau juga masih bisa tersenyum mendengar pembicaraan dan candaan kami dan juga ketika kami sampaikan salam dari teman-teman yang berhalangan untuk membesuk. Sebelum pulang, saya sempat berpesan supaya beliau segera pulih dan pulang sehingga kami bisa tengok lagi di rumah. Keesokan harinya saya mendapat kabar bahwa beliau pindah rawat ke RS Fatmawati.
Sayangnya itu adalah hari terakhir saya bertemu dengan beliau. Beliau tidak pernah pulang lagi ke rumahnya. Pagi ini sekitar pukul 6, saya mendapat berita dari Mbak Siska, putrinya, kalau beliau sudah berpulang ke Rahmatullah. Segera saya mengabarkan ke teman-teman yang lain melalui WAG dan Facebook mengenai kepergian beliau. Rencana ke kantor hari ini saya batalkan. Saya berencana untuk pergi melayat ke rumah duka di daerah Bintaro. Beliau disemayamkan di rumah adiknya yang berada tidak jauh dari rumah beliau. Saya dan Vita berjanji bertemu di sekitar Bintaro dan ke rumah duka bersama-sama. Kali ini Yani ikutan melayat. Ketika kami sampai di rumah duka, jenazah sudah mau dibawa ke mesjid untuk dishalatkan dan kemudian dimakamkan di TPU Tanah Kusir. Kami putuskan untuk langsung menuju ke pemakaman dan menunggu di sana. Alhamdulilah saya bisa mengantar beliau hingga peristirahannya terakhir. Pak Pakar termasuk salah satu orang yang berjasa membentuk saya seperti saat ini, selain orangtua saya tentunya. Kalau saya tidak ikut program pertukaran pelajar Open Door ini mungkin saya masih orang yang introvert dan tertutup. Saya pertama kali bertemu dengan Pak Pakar ketika saya mengambil formulir program pertukaran pelajar di Jalan Teluk Betung (tempat itu sekarang sepertinya sudah jadi waduk di belakang Mall Grand Indonesia). Ketika itu saya hendak mengambil formulir program pertukaran pelajar Rotary. Tapi beliau memberikan juga formulir program pertukaran pelajar Open Door (sekarang: Nacel Open Door). Karena rencana awal adalah ikut program Rotary, jadilah saya menyiapkan seluruh persyaratan yang diperlukan termasuk rekomendasi dari anggota Rotary Club dan surat izin dari sekolah untuk mengikuti program ini yang ditandatangani oleh kepala sekolah yang waktu itu adalah Pak Arief Rachman. Kesibukan Pak Arief yang menjadi kepala sekolah di dua sekolah dan mengajar di IKIP saat itu, membuat saya sulit untuk mendapat tanda tangannya. Formulir dan persyaratan lainnya saya kembalikan ke kantor 1 minggu sebelum deadline. Dan ketika mengembalikan formulir, Pak Pakar menyarankan saya untuk mengikuti Program Pertukaran Pelajar Open Door karena kemungkinan diterimanya lebih besar. Jadilah saya ulang lagi seluruh prosedur mengisi formulir dan meminta tanda tangan Pak Arief. Akhirnya setelah melewati seluruh tes yang diselenggarakan, saya berangkat ke Church Hill, Tennessee, USA selama 10 bulan. Setelah pulang dari Amerika, saya aktif sebagai volunteer di program pertukaran pelajar ini. Kami membantu pengurus mempersiapkan adik-adik yang akan berangkat pertukaran pelajar. Mulai dari pre-orientasi, orientasi, dan re-orientasi. Dan sebagai volunteer, kami tidak dibayar sepeser pun. Biaya transportasi ke tempat acara pre-orientasi kami tanggung sendiri. Dan Pak Pakar biasanya membelikan kami makan siang. Mungkin beliau tidak tega kalau kami harus beli makan sendiri. Sehingga tinggal sebut saja kami mau makan siang apa, Pizza Hut, McD, Hoka-Hoka Bento, Teh Botol, Coca Cola dan minuma bersoda lainnya. Beliau sangat memperhatikan kesejahteraan kami. Hal ini berlangsung selama sekitar 13 tahun sampai kantor pindah ke lokasi baru di Bintaro. Salah satu tanda sayangnya pada kami, beliau selalu menanyakan pada kami di mana kami mau mengadakan orientasi. Orientasi NOD biasanya dilakukan di luar kota supaya terhindar dari gangguan orang tua dan bisa konsentrasi selama orientasi. Pilihan tempatnya adalah di Puncak atau Labuan. Biasanya kami pilih Labuan karena tempatnya luas dan enak untuk beraktifitas serta berlibur. Pak Pakar bisa dibilang salah satu fans saya. Beliau sampai memberikan nama Retia pada salah seorang cucunya :). Saking sayangnya beliau pada saya, pernah ketika saya mengantarkan Yani mengembalikan formulir ke kantor baru di daerah Kebon Sirih, saya dikasih ongkos taksi pulang karena ketika sampai kantor beliau melihat saya dan Yani berkucuran keringat dan muka merah karena habis jalan ditengah hari bolong :p Kami jalan kaki dari perempatan Menteng–Kuningan sampai Plaza Indonesia di siang bolong. Lalu lanjut jalan kaki dari depan BI sampai kantor. Tapi karena kami sudah terbiasa naik bis, jadilah kami makan siang di McD dan pulang naik bis :D Maaf ya Pak Pakar, laper soalnya abis jalan jauh ;) Dari kantor ke Sarinah tetep jalan kaki :D Beberapa bulan sebelum beliau masuk rumah sakit, beberapa orang returnee NOD termasuk saya berkunjung ke rumah Pak Pakar. Dia menyampaikan kepada Doddy kalau dia kangen sama kami, karena memang sudah lama beliau tidak mampir ke kantor. Kami datang membawa makanan untuk makan siang bersama. Kami berbincang-bincang dan bercanda. Wajahnya gembira sekali melihat kedatangan kami walaupun beliau merasa nyeri di persendiannya. Kami berjanji akan berkunjung lagi dilain kesempatan. Sayangnya janji itu terpenuhi hanya untuk melihat beliau terakhir kalinya. Tidak ada lagi Pak Pakar yang mendukung kegiatan kami. TIdak ada lagi Pak Pakar yang bercanda dengan kami. Tidak ada lagi Pak Pakar yang minta dibelikan rokok dan selalu saya tolak mentah-mentah :) We love you :* Semoga husnul khotimah, dilapangkan kuburnya dan dijauhkan dari siksa kubur. Aamiin… *ditulis sambil berlinang air mata :(( "What's in a name? That which we call a rose Baru saja mendapat cerita baru tentang masalah lama yang selalu menjadi bahan berbincangan kami berdua setelah lulus sekolah dan membuat saya jadi ingin menulis cerita ini dan membuktikan bahwa nama seseorang itu penting untuk mengidentifkasikan seseorang
Alkisah, dulu ada seorang adik kelas yang namanya serupa tapi tak sama. Nama saya Rethia dan dan dia Retty. Ketika sempat beberapa tahun barengan sama angkatan dia ketika jaman-jaman kuliah kedokteran, hal itu tidak pernah menjadi masalah karena kelompok saya dan dia selalu berbeda, sehingga dosen tidak pernah bingung. Ketika saya mulai sekolah anestesi, saya menggunakan nama Tia sebagai panggilan seperti layaknya panggilan saya sehari-hari di rumah. Tapi tetap saja sebagian orang mengenal saya sebagai Rethia. Ketika Retty memutuskan untuk masuk anestesi juga satu semester kemudian, saya meminta dia untuk menggunakan nama panggilan lain supaya tidak rancu nantinya ketika berhubungan dengan dosen, parestesi dan juga pasien. Akhirnya panggilan yang dia gunakan adalah Widy. Hal ini biasa dipakai oleh orang-orang yang bernama sama di Parestesi. Rasanya selama sekolah anestesi saya dan Retty tidak pernah mengalami masalah dengan nama. Sampai akhirnya ketika kami lulus dan dia kembali menggunakan nama Retty lagi. Pertama kali kesalahan nama ini saya rasakan ketika seorang senior saya di anestesi bertanya, "bukannya kamu sekarang di Palembang?". Mmmmmhhhh...sempat bingung tapi akhirnya saya cepat tanggap bahwa yang dimaksud si senior ini adalah Retty yang kebetulan ketika itu suaminya ditempatkan di Palembang. Ada juga yang berkata, "ooo...yang di Palembang itu ya!?". Setelah itu, mulai banyak cerita-cerita kesalahan nama baik dipihak saya maupun Retty. Walaupun sepertinya dari Retty lebih banyak. Seperti Salamah (seorang asisten Parestesi) bertemu dengan Retty dan kemudian bercerita ke dr. A (seperti dikutip dari cerita Retty): Salamah: "Dok ada dr. Widi!" Dr. A: "Widi??" Salamah: "iye....dr. Widi...dr. Rethia..." Retty yang sekarang kerja di salah satu rumah sakit pemerintah di Jakarta kembali bercerita tentang salah nama ini. Kali ini ada salah satu dokter yang lagi ambil spesialis anestesi (residen) sedang jaga di rumah sakit tersebut. Residen ini memberikan informed consent mewakili Retty sebagai dokter jaga hari itu. Ketika selesai dan menuliskan nama dibagian pemberi informed consent, dia menuliskan nama saya. Untung segera disadari oleh Retty dan diperbaiki. Setelah dicari tahu kenapa sampai salah tulis, dia pikir saya dan Retty adalah orang yang sama. Saya Rethia, bukan Retty. Kami dua orang yang berbeda yang kebetulan punya nama mirip dan spesialisasi di bidang yang sama. Tolong hati-hati sebelum terjadi masalah kedepannya. Btw, saya gak suka dipanggil Rethi, kayaknya nanggung gitu deh. Panggil saya Rethia atau Tia. Waktu di jalan pagi ini, saya mendengar sebuah iklan yang intinya menyatakan: "kalau punya uang 1 milyar mau ngapain?" Langsung pas sampai rumah rasanya ingin menulis tentang "jika saya dapat uang 1 milyar..."
Saat ini kalau saya dapat uang 1 milyar, saya ingin membeli sebuah rumah mungil. Sudah terimpi-impikan punya rumah sendiri dan punya dapur sendiri yang diatur menurut selera saya dan suami. Saya ingin dapur impian dimana saya bisa memasak apapun yang saya inginkan dengan senang hati. Pasti asyik banget tuh. Mencoba resep-resep yang sudah dikumpulkan di dapur sendiri. Jika saya dapat uang 1 milyar, saya ingin membeli sebuah rumah mungil yang di dalam kamar tidurnya saya punya lemari seperti yang sudah dilihat berkali-kali di majalah dan situs tentang rumah. Jika saya dapat uang 1 milyar, saya ingin membeli sebuah rumah mungil yang didalamnya ada sebuah ruang untuk saya menyalurkan kreatifitas saya seperti memotret, merajut, menjahit dan masih banyak lagi. Terbayang sebuah ruangan dimana saya bisa menyimpan pernak-pernik kerajinan tangan saya tanpa ada yang ngerusuhin kalo lagi berantakan. Jika saya dapat uang 1 milyar, saya ingin membeli sebuah rumah mungil yang didalamnya ada sebuah sofa yang nyaman dan menjadi tempat berkumpul berbagi cerita, tawa dan canda maupun duka. Jika saya dapat uang 1 milyar, saya ingin membeli sebuah rumah mungil dimana kami akan menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warrahmah. Jika saya dapat uang 1 milyar yang halal tentunya, saya ingin membeli sebuah rumah mungil yang sudah menjadi mimpi kami. Jika saya dapat uang 1 milyar.... Bulan Ramadhan kali ini terasa berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kali ini saya lebih banyak di rumah. Jika tahun-tahun sebelumnya bulan Ramadhan itu seperti bulan reunian karena banyaknya acara buka puasa bersama yang diselenggarakan, tahun ini saya menghabiskan waktu di dapur. Waktu ada bibik Karmi, saya hanya bangun bila makanan sudah siap tersaji diatas meja. Bibik Karmi yang sibuk menyiapkan makanan lezat yang terhidang di meja. Setelah bibik Karmi pulang kampung, saya masih mengandalkan mbak-mbak asisten rumah tangga yang lain atau mama & ni Shanty. Ya...biasanya bukan saya yang berkutat di dapur. Paling banter saya hanya bantu-bantu sedikit. Atau jaman masih sekolah dulu, kalau pas waktu jaga ya sahur atau bukanya di rumah sakit. Tahun lalu pun ketika saya dan Wira di Khon Kaen, kami selalu membeli lauk buat buka puasa dan sahur karena kebetulan di kos-an kami tidak boleh masak kecuali menggunakan alat masak yg memakai listrik seperti rice cooker dan pemanas air. Tahun lalu, kami dapat pinjaman rice cooker, jadi nasi bisa masak sendiri.
Few days ago I read about multiply closing the blog. They only provide for e-commerce. So I start to moved my blog to this weebly. Before, this was my traveling's blog. But since multiply.com will closed down, I'm moving all my blog content to here. I will posted everything according the day I post it in rethiasyahril.multiply.com.
I had moved some of my recipes to this blog (on 'my recipe' tab). After that, I'll move all the story. If you had something good on my blog and would like to see it again, you can find it here. Jangan tanya siapa namanya, berapa umurnya, berapa orang anaknya. Yang saya tahu ia adalah seorang muslim. Karena hanya itu yang dikatakannya kepada saya ketika saya tersenyum padanya.
Seorang nenek yang dengan semangatnya membawa dagangan air niranya di sore hari yang panas. Senyumnya menunjukkan semangatnya. Aaahhh...betapa terharunya saya melihat si nenek. Di usianya yang sudah tidak lagi muda, ia masih semangat mencari nafkah. Kemanakah anak cucunya? Entahlah...karena bahasa menjadi masalah kami untuk bisa bercengkrama. Tapi saya tahu, segelas air nira plus es yang dijualnya terasa sangat nikmat dihari yang panas ini. Menyegarkan kerongkongan kami yang kering. Harganya pun tak mahal, hanya 10 THB, menambah nikmatnya air nira. Semoga rejeki si nenek dimudahkan Allah. Amin... Tinggal disebuah rumah dengan penghuni yang sangat peduli dengan pemanasan global membuat saya lama-lama terbiasa untuk berpikir ulang sebelum menggunakan kantong plastik.
Waktu tinggal di Jakarta, saya dan penghuni rumah lainnya mulai membiasakan diri untuk mengurangi penggunaan kantong plastik. Biasanya kami pakai kantong kain yang bisa digulung/dilipat sehingga mudah untuk dibawa-bawa. Kalau untuk belanja besar seperti kebutuhan sehari-hari di rumah, kami biasanya menggunakan kantong kain berukuran besar yang sering didapat kalau ada acara seminar. Memang kadang masih ada saat-saat tertentu saya menggunakan kantong plastik. Untuk kantong plastik sampah, kami mulai menggunakan kantong yang dapat hancur. Starting today...I start a new journey in my life. I will be stay in Khon Kaen for 3 months. Some people think that I'm going for travel & sightseeing, but let me tell you I am here to accompany my husband. He is working on his thesis in here. So what I'm gonna do is support him as best as I could. Sightseeing will be our free time journey. Of course we will go sightseeing because it's a new place and we have to do that. Even in Jakarta, I like to go sightseeing, so why I don't do that in here? But it doesn't means I go sightseeing everyday...
Anyway... follow our journey in Khon Kaen in this coming days... Meanwhile I'll finish up my writing about my other journeys. "Terlambatnya anugerah janganlah membuat dirimu menjadi tidak sabar dalam berdoa sehingga menyurutkan harapanmu akan keterkabulannya. Karena Dia menjamin keterkabulan itu, di dalam sesuatu yang Dia pilihkan untukmu, bukan yang kamu harapkan untuk dirimu. Pada waktu yang Dia kehendaki dan bukan pada saat yang kamu inginkan." (Imam Atha'illah dalam kitab Al Hikam)
Membaca tulisan ini membuatku teringat pengalamanku akhir-akhir ini. Allah punya caranya sendiri untuk memberikan kita yang terbaik. Alhamdulillah atas segala pilihanNya untukku. It started 8 years ago, when he called me on a night. A friend from a cousin of mine. Just want to know more about me. He's in Padang and I'm in Jakarta.
A phone called continue for quite sometimes before we both met. We both love photography and he made photography as a reason to meet me. I took him to shop for a cheap film etc. Beside photography things, he also made his activity as an excused to come to Jakarta. He try to see me everytime he's in town. And call or message me when he's not. Until one day, he decided to ask me became his girlfriend. I wasn't so sure at that time, until a person told me a word and it change my mind set. So we decided 4th of July as first day of our commitment to be a partner and find out if we are a soulmate. He wasn't my criteria for a husband, but God knows better. We chit-chat almost everyday through phone call and short message and meet up once in a while when got into town. Until one day he asked me to be his wife, his partner of life, his soulmate. I didn't decided at once, because I still not sure if he's the one for me. After all the thinking and praying, I decided he might be my soulmate. We decided January 16th, 2005 will be the date to took the vow that we will be together no matter what. Long journey to face with all up and down. And now... Eight years later... I'm happy you found me. I'm happy we make a right decision in our life. We still have a plenty of dream to make come true. Together we will be stronger to face the world. I love you today, and love you more tomorrow... RS 070710 Finally... after 22 years, I had a chance to visit Bali again. Exciting? Not really. My feeling blend between want to go back and don't want to go.
For some people, word 'Bali' always make them want to go and go again. Even a friend from Moscow already went to Bali twice. But for me it always a mixed feeling. Curious on one side and scared on the other side. I think I haven't get over that incident after all this year. So...in a few week, I'll know for sure how I feel. Ever since I plan a re-trip to Bali with friends and family. Hope it can release all the pain.. Sulit sekali berhenti merokok
Sulit sekali melarang orang merokok Sulit sekali berbantahan dengan perokok Menguras banyak energi… Nampaknya perokok tak kuasa menahan egonya Ia biarkan orang lain ikut menderita karenanya Ikut sakit karena menghirup asapnya Ikut terbiasa mencium baunya yang pengap Ikut repot mengantarnya ke rumah sakit untuk berobat Repot mengurus keringanan untuk membiayai perawatan di rumah sakit Mengurangi jatah makan karena uangnya dipakai Untuk beli rokok dan menanggung seluruh akibatnya Padahal sekian banyak uangnya sudah keluar untuk mendapatkan asapnya Rokok telah dibiarkan menjadi pujaan Lebih baik tidak makan daripada tidak menghisap rokok Apalagi sangat banyak jiwa yang hidup dari benda ini Bayangkan saja… Petani tembakau dan cengkeh Pekerja pabrik kertas dan filter Pekerja pabrik rokok Pembuat iklan rokok: desain, papan reklame, buruh Pekerja berbagai media cetak, radio, televisi yang mengiklankan rokok Pekerja dan pengusaha korek api Penjaja rokok di lampu merah Warung minuman kecil yang juga menjual rokok Minimarket, supermarket, hipermarket Dokter dan perawat yang akan didatangi perokok sesak Rumah sakit Jasa fotokopi surat JPK Gakin dan SKTM untuk berobat Angkutan kota mengantar jemput perokok sakit Klinik berhenti merokok Pabrik obat Pabrik pasta gigi dengan pemutih gigi untuk perokok Pabrik jaket anti sundut bara rokok Pemerintah yang mendapatkan keuntungan berlimpah dari pabrik dan iklan Pengusaha rokok yang paling lebar senyumnya Dan seluruh keluarganya sampai tujuh turunan Luar biasa hebat batang tembakau ini Membuat mudah melupakan dashyat bahayanya Bahwa ada 4000 zat kimia termasuk 200 racun didalamnya Ada candu yang membuat tak bisa lepas darinya Ada polusi asap rokok yang membahayakan orang lain Semakin banyak kanker paru akibat menghirupnya Rokok menguras kantong perokok miskin Membuat seluruh keluarga tak makan karenanya Seakan ia telah menghipnotis banyak jiwa Sehingga tak peduli atas peringatan pada kemasannya MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN Rokok memang luar biasa… By Dee Dian Wizznoe 8 Mei 2010 I used to had this vision, but it has been changed lately...
God pick other place for us (hopefully)...for our better life... We've been in this place once. Really hope I could go back... Hopefully the vision become reality...soon... Pictures of apartment taken from rent apartment website. Oleh: Taufiq Ismail
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok. Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok. Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok. Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok, di ruang kepala sekolah…ada guru merokok, di kampus mahasiswa merokok, di ruang kuliah dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid merokok, di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok. Di angkot Kijang penumpang merokok, di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok, di loket penjualan karcis orang merokok, di kereta api penuh sesak orang festival merokok, di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok, di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok. Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok. Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita. Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung merokok, di restoran, di toko buku orang merokok, di kafe di diskotik para pengunjung merokok. Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan asap rokok, bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok. Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stop-an bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS. Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena. Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obat merokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok. Istirahat main tenis orang merokok, di pinggir lapangan voli orang merokok, menyandang raket badminton orang merokok, pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok, panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemisngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok. Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok, di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok, di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok. Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok. Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita. Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa. Mereka ulama ahli hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi ahli hisap rokok. Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala- berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, kemana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya. Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri. Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal? Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu. Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz. Kyai, ini ruangan ber-AC penuh. Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i. Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok. Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan. 15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan. 4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan? Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith. Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok. Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan. Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini. Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka. Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir. Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk. Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas. Lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba. Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya. Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini. Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini. Catatan: Lagi nonton Mata Najwa dan lihat Taufiq Ismail baca puisi. Bukan puisi yang ini sih, tapi mirip. Jadi posting yang ini dulu deh, sambil cari yang tadi. I had a vision to live in here one day soon.
I hope everything came true. Dear God, please make everything possible for us...Amien... Pictures taken from http://www.waltham-community.org/ Mengapa PERANG harus terjadi?
Mengapa kita harus saling MEMBUNUH? Mengapa kita harus saling MENYAKITI? Tidak adakah lagi rasa MANUSIAWI Sudah tidak kenalkah kita pada PERDAMAIAN Sudah lupakah kita pada CINTA Apakah CINTA dan PERDAMAIAN akan menjadi sesuatu yang langka Tidak adakah lagi penghargaan terhadap HAK ASASI yang dengan susah payah telah kita PERJUANGKAN Alangkah indahnya bumi kita ini Bila ada PEACE, LOVE, UNDERSTANDING Di antara penghuninya *RS18496* NB: Tulisan lama yang kayaknya pas untuk diangkat kembali dengan suasana seperti saat ini... Yesterday I heard a news that my friend's father just passed away after being hospitalized for about a month. So my friends and I went to his home. It may be 10 of us, sitting on the road in front of the house and having a little chat. It was November 25th 2008.
I got home and continue to chat with him on internet until passed midnight and I just realized that at the same date 6 years ago my own father has passed away. What a coincidence... and I just realized it a moment ago. Suddenly I missed him so much... wish he could see me now with all my achievement. I wished I could tell him that I love him so much. I wished I could hug him now. I wished I could thanked him for all the effort that he done to make me like this now. Dear God, put him besides you in your heaven. Please forgive all the mistakes he made. I wish you are happy now in heaven... I love U, Papa... <3 <3 <3 November 25th 2002 - November 25th 2008 You are wild, crazy, and a huge rebel. You're always up to something.
You have a ton of energy, and most people can't handle you. You're very intense. You definitely are a handful, and you're likely to get in trouble. But your kind of trouble is a lot of fun. You are friendly, charming, and warm. You get along with almost everyone. You work hard not to rock the boat. Your easy going attitude brings people together. At times, you can be a little flaky and irresponsible. But for the important things, you pull it together. You are a seeker. You often find yourself restless - and you have a lot of questions about life. You tend to travel often, to fairly random locations. You're most comfortable when you're far away from home. You are quite passionate and easily tempted. Your impulses sometimes get you into trouble. Kelamaan berkutat di RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) membuat saya merasa perlu menulis menulis hal ini. Sebenernya dah dari dulu pengen nulis, tapi baru kali ini ada kesempatan, soalnya kali ini harus kembali berkutat di RSCM karena nenek yang sakit.
7 hal yang tidak kusuka dari RSCM (yang baru kepikiran, masih bisa nambah): 1. Ruang Tunggu Tidak ada tempat untuk keluarga menunggu dengan nyaman. Terutama di ruang perawatan dan ICU. Seharusnya pihak rumah sakit menyediakan tempat yang layak untuk keluarga yang menunggu pasien. Tempat untuk bisa beristirahat dengan layak. Lihat saja, semua keluarga yang terdampar di selasar ICU, karena di RSCM tidak ada tempat menunggu yang layak, even di ICU, tidak ada tempat menunggu. Semua tempat yang dipakai oleh keluarga untuk beristirahat adalah jalan umum. Terkadang ketika kita membawa pasien ke ICU, perjalanan sedikit terhambat, karena yang gelaran harus menggulung tikar dll supaya kita bisa lewat. Di gedung perawatan baru, ruangan yang digunakan untuk menunggu pada saat keluarga harus bergantian saat membesuk pasien adalah sebuah ruang di sub-basement dengan ventilasi yang kurang dan panas, sehingga membuat napas menjadi sesak dan tak heran kalo sampe ada yang pingsan. Terutama pada saat jam besuk. Few weeks ago, my mother decided to go with her brother and sister in law to Europe. My auntie had an occasion in Cardiff, UK and then the group will visited her niece in Vienna. Besides that they also planned to go to another country.
She started to set everything, from made a new passport, buying a new shoes, etc. This is will be the second time she went abroad. And the first time was at 1983 when my mother, father, grandpa and grandma visited my father's twin brother to Japan. In that year they also visited Hongkong, Malaysia and Singapore. Have almost anything to do besides "on call" in the early morning (@ 3 am, sigh...), I browsed the internet and found the funny website (www.yearbookyourself.com). This website provide you an album to see how do you look like @ certain years. So I start to make mine. All I can do is laughing...because it looks so funny.
When My sister and Kaysan got home, I showed the pictures, and they all laughing. They also want to see their faces. Soooo...click "read more" to see our pictures...hope you enjoy it... |
Categories
All
Blog WalkingArchives
July 2024
|