Kali ini adalah kali kedua saya mengunjungi tempat ini. Saya pergi bersama rombongan lebih besar bersama Wira, orangtua Wira, Uni Jess, Riguel & Michelle. Perjalanan saya dan Wira pertama kali ke situs ini bisa dibaca di sini.
Pada kunjungan kedua ini, ada Pak Kaisin yang menemani kami dan bercerita tentang sejarah candi ini. Pak Kaisin adalah pemandu dan penjaga situs Candi Jiwa di Batujaya. Cerita pak Kaisin membuat kunjungan jadi lebih menarik. Selain ke candi, kami juga melihat-lihat beberapa barang temuan disekitar candi ini dan disimpan di museum setempat.
0 Comments
Sudah lama tidak posting disini. Padahal ada beberapa hal yang pengen ditulis. Sekarang kita mulai lagi deh....
Tempat makan kali ini terletak di jalan akses tol Karawang Barat. Tepatnya di depan perumahan Resinda. Tempat makan ini dinamakan MEIJI FOODCOURT. Makanan yang dijual disana seperti judulnya adalah sate. Disini dijual sate ayam dan sate kambing. Selain itu ada juga sop kambing/ayam. Warung sate madura Pak Nur buka setiap hari mulai dari jam 4 sore dan tutup bila dagangan sudah habis. Apa istimewanya sate ditempat ini? Sate kambingnya empuk dan tidak bau 'mbek'. Begitu juga dengan daging sop-nya. Begitu juga dengan sate ayamnya. Kalo sop ayam belum pernah saya cobain. Harga makanan disini pun cukup terjangkau. Harga sate ayam Rp. 10.000/porsi, sate kambing Rp. 13.000/porsi dan sop kambing Rp. 10.000/porsi. Di MEIJI FOODCOURT banyak juga jenis makanan lainnya seperti nasi uduk (yang ini enak juga), sate maranggi, dll. Untuk warung sate madura Pak Nur saya memberikan 4 bintang. Silakan dicoba kalo mampir di Karawang. Mmmmhhhh... mungkin bingung dengan judul diatas. Comset itu kependekan dari combro setan. Kenapa namanya mesti begitu? Bukan karena combro ini dijual di kuburan kok, tetapi karena rasa combro ini yang sangat pedas. Bisa bikin kuping 'budek' saking pedasnya tapi bikin pengen lagi. Combro ini seperti combro lainnya berisi oncom yang dibungkus dengan singkong parut dan berbentuk bulat. Tetapi selain oncom, terdapat juga gilingan cabe rawit sebagai campurannya. Cabe rawit ini lah yang menyebabkan istilat 'setan' muncul :) Ukuran combro ini berdiameter 1,5-2 cm.
Comset ini dijual di tukang gorengan yang berjualan di jalan Tambakbaya (samping SD Karawang Kulon). Satu buah comset harganya Rp. 600. Tukangnya cuma jualan di sore hari saja (belum sempet ditanya jam berapa pastinya, ntar di update lagi deh). Makanan ini cocok untuk orang-orang yang suka dengan makanan yang pedas dan bikin kuping 'budek'... Apakah ini makanan khas Karawang? saya sendiri kurang tahu, karena baru disini saya menemukan comset. Oh ya...ada dua tempat yang jualan comset ini, tapi yang satu lagi belum ketemu tempatnya...ntar di update lagi ya kalo sudah ketemu :D Jika saya ditanya, "kerja dimana sekarang?". Biasanya saya akan menjawab, "Rengasdengklok". Dan respon tersering yang saya dengar adalah, "dimana tuh?". Mmmmhhhhh...agak repot saya menjawabnya.
Satu hal yang saya ingat dari pelajaran sejarah ketika SD, SMP dan SMA tentang Rengasdengklok adalah tempat ini termasuk tempat penting pada proses kemerdekaan bangsa Indonesia. Salah satu cerita tentang Peristiwa Rengasdengklok bisa dibaca di sini. Ceritanya, pada hari Kamis tanggal 30 April 2009, saya berkesempatan untuk berkunjung ke rumah bersejarah Rengasdengklok. Rumah bernomor 1533 di Dusun Bojong, Kec. Rengasdengklok ini dimiliki oleh Djiaw Kie Siong, seorang petani keturunan Cina yang tinggal di pinggiran sungai Citarum. Rumah yang setelah terjadinya banjir besar pada tahun 1956 akhirnya dipindahkan ke tempat yang baru pada tahun 1957. Tempat yang baru ini hanya berjarak beberapa puluh meter dari lokasi aslinya. Sementara lokasi aslinya sendiri sekarang sudah berdiri sebuah tanggul untuk mencegah banjir. Meskipun rumah ini adalah rumah bersejarah tetapi menurut pengakuan cucu Djiaw Kie Siong, mereka tidak mendapatkan dana untuk merawat rumah tersebut dari pemerintah. Hingga sempat terlintas oleh keluarga untuk menjual rumah ini karena keluarga merasa berat dengan biaya pemeliharaannya. Sangat disayangkan memang. Tetapi perawatan rumah yang terbuat dari kayu jati ini memang membutuhkan dana yang tidak kecil. Kali ini tempatnya tidak berada di kota Karawang. Tetapi ada di Rengas Dengklok. Memang Rengas Dengklok masih berada di Kabupaten Karawang.
Sorabi atau serabi ini adalah makanan khas Indonesia. Yang membedakan serabi ini dengan serabi yang lain adalah konsistensi dan kuahnya. Serabi ini lebih kenyal dibandingkan serabi lain. Serabinya pun hanya 1 warna yaitu hijau dengan zat pewarnanya menggunakan daun pandan suji. Perbedaan yang lain adalah memakannya dengan disobek dan 'dicocol' pada kuahnya yang kental. Jadi tidak disiram dengan kuah. Rasa kuahnya ada 2 macam yaitu rasa manis biasa dan rasa durian. Untuk harga sekotak serabi biasa (isi 10 buah dengan kuah rasa biasa) Rp. 14.000, sedangkan untuk serabi durian (isi 10 buah serabi dengan kuah rasa durian) Rp. 15.000. Pembuatan serabi ini masih menggunakan cara tradisional yaitu dimasak dengan menggunakan tungku kayu bakar dan gerabah (apa ya namanya?). Bagaimana cara mencapai tempat itu? Dari tol Cikampek, keluar di pintu tol Karawang Barat lalu melewati akses jalan tol ke arah kota Karawang. Lalu naik ke flyover dan belok kiri di lampu merah. Susuri saja jalan Pangkal Perjuangan (bypass) sampai bertemu terminal Tanjung Pura (setelah melewati bunderan) di sebelah kanan jalan. Lalu belok kanan kearah Rengas Dengklok. Susuri saja jalan itu, sekitar 10 km. Setelah bertemu Teminal Rengas Dengklok (yang nyaris tidak ada kehidupan, kecuali petugas terminal yang duduk-duduk di depan terminal) belok ke kiri kearah Tugu Proklamasi. Diujung jalan itu, belok ke kanan dan setelah beberapa meter akan ketemu pertigaan dan ambil jalan ke kiri. Gak jauh dari situ, keliatan deh tempat jualan serabinya. Rasanya enak, cocok untuk mendapat 4 bintang. Kalau dipikir-pikir, banyak yang bisa dilakukan sambil menunggu panggilan untuk membius pasien di Rengas Dengklok. Antara lain adalah mengeksplorasi Kabupaten Karawang. Baik mengeksplorasi makanan khas daerah Karawang maupun tempat-tempat tujuan wisata di Karawang. Hal tersebut yang membuat saya memutuskan untuk berkeliling Karawang mencari tempat menarik untuk dikunjungi. Ikuti cerita-cerita saya, barangkali bisa jadi tujuan wisata suatu hari nanti.
Tempat yang selalu memanggil hati untuk dikunjungi adalah Candi Jiwa Batujaya. Kenapa begitu menarik? Ketika kita keluar dari jalan tol Cikampek di pintu tol Karawang Barat, akan terlihat sebuah papan hijau dengan ukuran sedang bertuliskan “Candi Jiwa Batu Jaya 49 km”. Sepengetahuan saya selama ini, candi-candi itu biasanya ada di daerah Jawa Tengah dan Jogjakarta. Well, mungkin ini karena pengetahuan sejarah saya yang terbatas. Sehingga tulisan itu menggugah saya untuk pergi berkunjung. Kebetulan sekali, keluarga suami saya juga belum ada yang pernah kesana. Setelah pembicaraan dan perdebatan yang cukup panjang. Saya dan suami memutuskan untuk pergi ketempat ini. Bermodalkan peta Karawang yang tidak terlalu “up to date” tapi masih bermanfaat, google earth dan hasil browsing di “om google” kami berangkat. Wisata kuliner di Karawang kali ini adalah Soto Gempol. Soto ini ngetop banget di daerah Karawang. Bahkan banyak orang yang mau pergi ke Bandung, bela-belain keluar di Karawang Barat hanya untuk mampir ke tempat ini. Rumah makan ini terletak di jalan lama Karawang, tepatnya Jalan Rangga Gede No. 33. Makanan yang tersedia disini adalah soto dengan isi daging, ayam, dan babat. Bisa juga pesan isi campur. Soto yang gurih ini mirip dengan soto betawi yaitu menggunakan santan. Bedanya, kalau soto betawi ini warnanya putih, sedangkan soto gempol warnanya kekuningan. Soto ini dinikmati dengan acar dan perasan jeruk nipis serta sepiring nasi hangat. Saking ramainya orang yang makan di tempat ini, ketika saya datang, isi yang tersedia hanya tinggal ayam dan babat saja. Yang jadi masalah, adalah saya lupa bertanya pastinya harga soto tersebut. Karena ketika saya makan disana, hanya harga total saja yang disebutkan oleh pelayan. Nanti akan dicari tahu lagi deh dengan makan disana :)
Saya memberikan 4 bintang untuk soto ini. Wisata kuliner selanjutnya adalah Bakso Yatmin.
Terletak di Jalan Dewi Sartika Karawang, dekat pasar buah. Tempat ini sudah ada sejak jaman dahulu kala. Bahkan jamannya mertua saya masih pacaran lebih dari 30 tahun yang lalu, mereka pernah beberapa kali ketempat ini. Tempat ini selalu ramai dikunjungi warga Karawang. Makanan yang tersedia di Bakso Yatmin adalah mie ayam dan mie bakso. Jenis bakso yang tersedia juga bermacam-macam seperti bakso urat, dll. Sedangkan untuk minuman tersedia es teler, es jeruk dan kelapa muda, serta jus alpukat. Makanan dan minuman disini berkisar antara Rp. 1000 - Rp. 9000. Untuk rasa saya berikan 3 bintang untuk tempat ini. Sudah 4 tahun saya menikah dengan laki-laki yang tumbuh dan besar di Karawang, tetapi hanya sedikit sekali yang saya ketahui tentang kota Karawang. Maklum, tiap mampir ke Karawang, kita lebih banyak ngendon di rumah, ngobrol sampe menjelang pagi trus balik ke Jakarta. Tempat yang dikunjungi biasanya cuma Galuh Mas dan Resinda.
Tetapi sejak 3 minggu yang lalu, saya lebih sering berada di Karawang dibanding sebelumnya. Karena saya mulai bekerja disana. Pada minggu kedua keberadaan kami disana, suami saya menemukan sebuah buku berjudul 365 makanan di Indonesia yang dikeluarkan oleh sebuah pabrik obat. Halaman pertama adalah ulasan makanan di daerah Karawang. Berdasarkan buku itu, saya memutuskan untuk mulai mencoba makanan-makanan tersebut. Makanan pertama yang saya coba adalah BUBUR AYAM PAK WASLIM. Apa istemewanya bubur ayam ini? Mmmmhhhh....saya adalah penyuka bubur ayam. Saya selalu berusaha untuk mencoba bubur ayam di setiap daerah. Menurut buku yang ditemukan, Bubur Ayam Pak Waslim ini termasuk bubur ayam yang enak. Tempatnya ada di Alun-alun kota Karawang. Tepatnya di depan kantor Telkom. Tidak ada tulisan "Bubur Ayam Pak Waslim" di depan gerobaknya. Tulisannya cuma "Bubur Ayam". Dibandingkan tempat bubur ayam yang lain disekitar Alun-alun, memang tempat bubur ayam ini yang paling ramai. Selain bubur ayam, disini juga ada Soto Tangkar, soto khas Karawang. Tempat ini modelnya kaki lima. Buka dari jam 6.00 sampe jam 9.00 pagi. Seperti apa bubur ayamnya? Bubur ayam ini tidak terlalu cair, agak padat. Sehingga satu mangkok cukup membuat kenyang perut saya. Dilengkapi dengan kacang kedele goreng, ayam suir yang cukup banyak, bumbu santan kuning yang gurih, serta kerupuk. Bumbu kuning dan kerupuk bisa nambah sesuka hati karena disediakan bumbu santan kuning botolan di atas meja. Ada pilihan tambahan lain seperti usus, ati ampela, dll. Harganya? Untuk semangkok bubur ayam polos tanpa ati ampela atau telur puyuh Rp.7000. Sedangkan untuk semangkok bubur ayam plus ati ampela/telur puyuh Rp. 9000. Rasanya memang enak dan saya memberikan 4 bintang. |
Categories
All
Blog WalkingArchives
July 2024
|