15.09.2011
Setelah dari Garut, perjalanan kami lanjutkan ke Pangalengan. Sebenarnya sudah lama pengen pergi kesini, tapi selalu tertunda. Bahkan saking belum berjodohnya ke tempat ini, waktu uni Shanty masih kuliah dulu, pernah mau kesini tapi akhirnya malahan sampenya ke Situ Patenggang. Seperti sebelumnya, kita memakai bantuan tante Garmin untuk menunjukkan arah. Di jalan sempat juga kami membeli tahu sumedang buat cemilan di jalan dan cendol. Perjalanan cukup lancar. Tidak ketemu macet yang terlalu berarti. Tapi sempat berputar-putar karena tante Garmin menunjukkan jalan lewat Bandung trus balik lagi. Jadilah kita akali sedikit tante Garmin supaya re-route. Sampe di Pangalengan sudah sore. Tadinya sempat ingin jalan-jalan dulu, tapi akhirnya diputuskan untuk langsung ke tempat menginap. Di Pangalengan kami menginap di Perkebunan Teh Malabar. Sebelumnya kami sudah booking kamar. Takutnya pas sampe sana tidak kebagian tempat. Tapi untung juga kami booking kamar sebelumnya, karena ternyata hari ini ada pertemuan orang-orang perkebunan yang diadakan disini, jadi kamarnya fullbook semua. Dengan harga Rp. 275.000 kami mendapat sebuah kamar yang cukup besar lengkap dengan pemanas dan sarapan pagi. Di tempat ini tersedia beberapa buah kamar dan beberapa buah bungalow. Jadi kalau keluarga yang mau menginap disini bisa sewa yang bentuk bungalow. Pemandangan disekelilingnya benar-benar membuat mata segar. Hamparan pohon teh yang hijau terlihat sejauh mata memandang.
0 Comments
13.09.2011
Ni Jess masih di Jakarta. Tinggal semingguan lagi. Sempat terpikir mau ke Bali dan udah browsing tiket. Tapi setelah dipikir-pikir, akhirnya diputuskan untuk jalan ke Garut dan Pangalengan. Kami, Wira, Ni Jess dan saya, berangkat hari selasa 13 September. Bermodalkan mobil pinjaman dari papa & mama Wira, kami berangkat pagi. Tidak terlalu pagi juga sih, sekitar jam setengah 8 pagi. Perjalanan ke Garut memakan waktu sekitar 5 jam. Kami sampai di kota Garut sekitar jam setengah satu siang. Sempat berputar-putar dulu untuk mencari tempat makan. Dengan bantuan tante Garmin, akhirnya kami menuju Mulih K Desa yang merupakan bagian dari Restoran Bumbu Desa. Suasana pedesaan yang asri lengkap dengan sawah, kolam ikan dan kerbau yang sedang berendam menyambut kedatangan kami. Tempat makan berupa saung-saung membuat kami dapat menikmati keindahan alam. Ikan warna warni berlalu lalang di bawah saung. Seperti orang kalap, kami memesan beragam makanan. Hehehehe...ini juga sambil memenuhi keinginan ni Jess untuk menikmati makanan Indonesia. Tahu tempe, ayam bakar, ikan bakar, tumis jamur dan genjer ludas kami lahap. Nikmat banget rasanya atau efek kelaperan ya?! :D Selesai makan siang, kami lanjutkan perjalanan ke Candi Cangkuang di desa Cangkuang. Disini kami parkir di tanah lapang yang didedikasikan untuk parkiran dan juga lapangan bola. Dari parkiran, kami harus berjalan sedikit untuk mencapai loket penjual tiket. Harga tiket masuknya Rp. 11.000 untuk kami bertiga. Dan untuk mencapai Candi Cangkuang dari loket tiket harus naik rakit bambu karena letaknya seperti disebuah pulau di tengah-tengah danau. Untuk rakit ini kami harus merogoh Rp. 70.000 karena saat itu hanya kami yang menuju candi itu. Seru juga jalan-jalan ketempat ini. Sejak mesjid di perumahan kami selesai dibangun, setiap tahun selalu diadakan shalat Id. Biasanya panitia penyelenggara shalat Ied menyediakan kantong plastik untuk tempat sendal dan jamaah shalat Id biasanya menggunakan kertas koran sebagai alas sajadah. Biasanya selesai shalat, lapangan yang kami gunakan akan berubah seperti tempat sampah penuh dengan koran. Memang ada pemulung yang akan mengumpulkan dan mengambil koran-koran tersebut. Tapi sungguh sayang, suasana yang indah dinodai oleh sampah yang menumpuk. Sebenarnya panitia shalat Ied menyediakan juga karpet untuk shalat, tapi hanya beberapa baris saja.
Sejak tahun lalu, kakak saya Shanty mencoba menerapkan pengumpulan koran yang digunakan sebagai alas sajadah, sehingga para pemulung menjadi lebih mudah mengambilnya. Selain itu juga diusahakan untuk tidak menggunakan kantong plastik untuk sendal. Tahun ini karena kakak saya mudik bersama keluarga ke Sumatera Barat, saya didelegasikan untuk mengawasi pelaksanaan pengumpulan koran. Sebelum berangkat mudik, kakak saya sudah menginformasikan rencana ini kepada panitia penyelenggara shalat Ied serta pernak-pernik juga telah disediakan. Sehingga saya tinggal mengerjakan saja. Tahun 2011 ini hantaran yang disiapkan salah satunya adalah Thai Tea. Kebetulan baru pulang dari Thailand dan bawa bubuk teh Thailand yang sajian siap minumnya bisa didapat dibeberapa restoran. Jadilah muncul ide untuk memberikan teh ini pada keluarga sebagai hantaran lebaran tahun ini.
Kali ini adalah kali kedua saya mengunjungi tempat ini. Saya pergi bersama rombongan lebih besar bersama Wira, orangtua Wira, Uni Jess, Riguel & Michelle. Perjalanan saya dan Wira pertama kali ke situs ini bisa dibaca di sini.
Pada kunjungan kedua ini, ada Pak Kaisin yang menemani kami dan bercerita tentang sejarah candi ini. Pak Kaisin adalah pemandu dan penjaga situs Candi Jiwa di Batujaya. Cerita pak Kaisin membuat kunjungan jadi lebih menarik. Selain ke candi, kami juga melihat-lihat beberapa barang temuan disekitar candi ini dan disimpan di museum setempat. Wah...tidak terasa sudah hari terakhir di Belitung. Pagi ini saya tidak telat bangun. Setelah shalat subuh, saya langsung mengambil kamera dan menuju pantai. Mmmmhhh...lagi-lagi langit berawan. Tapi saya mendapat beberapa foto yang cukup cantik walaupun sunrise-nya agak mengecewakan. Foto-foto berlanjut untuk mendokumentasikan tempat kami menginap. Buat yang penasaran seperti apa tempat saya menginap, bisa melihat foto-foto di bawah.
Saya kembali ke kamar setelah puas memotret dan bersiap-siap untuk kembali ke Jakarta. Kami baru akan kembali ke Jakarta sore hari, tapi karena akan jalan dulu sebelum pulang, barang-barang harus dibereskan terlebih dahulu. Sebelum pergi ke Tanjung Tinggi, saya bersama Ketty, Nuy dan Michelle pergi hunting foto di sekitar cottage. Setelah itu kami semua berangkat ke Tanjung Tinggi untuk melihat salah satu lokasi syuting film Laskar Pelangi. Seperti sebelum-sebelumnya, kami berfoto dan memotret. Kemudian dilanjutkan sarapan pagi dan bermain di pantai. Sarapan pagi nasi goreng + telor mata sapi dan kelapa muda terasa nikmat sekali. Setelah puas di Tanjung Tinggi kami kembali ke penginapan untuk mengambil barang-barang dan menuju eks tambang kaolin. Ternyata tambang ini yang terlihat dari atas pesawat berwarna biru kehijauan. Dari atas pesawat memang terlihat indah, begitu juga bila dilihat langsung. Walaupun sesungguhnya itu adalah salah satu sisa perusakan alam Belitung. Sebelum ke eks tambang kaolin, kami mampir untuk makan Mie Belitung Atep. Mie yang disertai taoge, tahu, kentang rebus, udang, timun dan disiram kuah udang serta taburan emping. Rasanya agak manis karena menggunakan gula aren sebagai salah satu campuran kuahnya. Untuk pecinta pedas, tambahkan sambal supaya jadi lebih nikmat. Mie Belitung Atep ini sudah mulai berjualan lebih dari 30 tahun di jalan Sriwijaya, Tanjung Pandan. Meja panjang dengan kursi plastik tersusun berjajar. Harga sepiring mie Belitung Atep sekitar Rp. 10.000. Ukuran satu porsinya tidak terlalu besar dan pas untuk saya. Dari warung mie ini, kami berlanjut ke pusat kerajinan & oleh-oleh khas Belitung. Gak lucu kan kalo pulang jalan-jalan tidak membawa oleh-oleh :) Wira membeli kopi Manggar di sini. Tempat pastinya saya kurang tahu :) Dari tambang kaolin, kami langsung diantar oleh Pak Ito ke bandara. Perjalanan ke Jakarta cukup baik dan baru terasa lelahnya setelah sampai di rumah :) Hari ini bangun kesiangan, padahal maksudnya mau hunting sunrise. Apalagi sunrise-nya pas banget di depan penginapan. Langsung shalat subuh dan ambil kamera lalu nongkrong di pantai untuk nunggu mataharinya muncul. Tapi sayangnya hari ini agak berawan, jadi gak bisa deh lihat matahari yang bagus muncul dari garis batas laut. Jadinya foto-foto disekeliling tempat saya duduk aja deh. Peserta yang lain juga belum pada bangun.
Sambil terus memotret saya berjalan ke arah kiri cottage. Saya bahkan juga bertemu dengan bapak-bapak yang kemudian bercerita kalau daerah ini sempat akan dikembangkan, bahkan sudah sempat dibangun beberapa bangunan setengah jadi, tapi entah kenapa dibatalkan dan sekarang bangunan-bangunan itu terbengkalai begitu saja. Menurut bapak itu, tempat ini mulai ramai semenjak film laskar pelangi ditayangkan. Perjalanan saya lanjutkan hingga mencapai bagian berbatu-batu dari pantai ini. Pantai di depan cottage kami menginap bebas dari bebatuan. Batu-batu berukuran besar ini bukan batu karang seperti layaknya yang ada di pantai/laut melainkan batu granit. Ukurannya juga bervariasi dari yang kecil sampai jumbo. Menarik buat jadi obyek foto, apalagi kalau ada obyek lainnya. Wah...ternyata pemikiran saya bersambut dengan datangnya mama Ita dan papa Djoni ke tempat saya berada. Kebetulan mereka juga minta difoto, sehingga jadilah beberapa frame foto mereka berdua di tempat ini. Sekitar sebulan sebelum kedatangan uni Jess ke Indonesia, Wira dan keluarga sibuk berdiskusi mau mengajak ni Jess jalan-jalan kemana. Setelah berdiskusi diputuskan kami akan pergi ke Belitung. Sebuah pulau di Indonesia yang belum pernah kami kunjungi dan mulai ngetop setelah film 'Laskar Pelangi' yang berlokasi di sana.
Tiket pesawat dipesan via website. Setelah dibandingkan sana-sini, ternyata yang cukup murah menggunakan Sriwijaya Air. Untuk tiket pulang pergi kami menghabiskan sekitar Rp. 1,3 juta/orang karena saat ini sedang musim orang mudik lebaran. Kalau tidak di peak season, biasanya bisa dapat harga sekitar Rp. 800 ribu. Saya dan Wira sibuk memesan tiket dari Thailand. Saat membeli tiket, kami masih berada di Khon Kaen dalam rangka menyelesaikan tugas akhir sekolah Wira. Kami memesan 11 tiket. Yupp...kami pergi dengan rombongan besar :). Hari ini kami berangkat ke Belitung naik pesawat jam 6 pagi. Janjian ketemu sama geng Belma di Bandara Soekarno Hatta. Urusan check-in berjalan lancar, pesawat pun cukup ontime. Sekitar jam 8 kami sudah sampai di Belitung. Untuk keliling di Belitung, kami menggunakan jasa Pak Ito (rekomendasi dari Yani). Perjalanan kami hari ini akan menjelajahi bagian daratan pulau Belitung. Tujuan pertama adalah Kuil Dewi Kwan Im di daerah Belitung Timur. Dari bandara, perjalanan memakan waktu sekitar 1,5 jam untuk sampai ke tempat ini. Dari kejauhan, bangunan berwarna merah dengan arsitektur Cina di atas bukit menyambut kedatangan kami. Kami melihat-lihat dan tidak lupa memotret kuil yang terawat ini. Kami menghabiskan sekitar setengah jam di kuil ini dan tidak lupa membuat group picture pertama. |
Categories
All
Blog WalkingArchives
July 2024
|