Ini hari keempat dari perjalanan 2 minggu kami dan Bangkok adalah kota dimana kami akan jalan-jalan hari ini. Hari ini kami bangun tidak terlalu pagi. Tapi langsung mandi dan siap-siap untuk sarapan pagi yang didapat dari hotel. Hari sudah menunjukkan pukul 9 pagi ketika kami turun dan sarapan pagi di restaurant halal di hotel itu. Untuk sarapan kami harus membayar karena kamar yang kami pesan tidak termasuk sarapan. Jenis sarapannya bermacam-macam, mulai dari sarapan pagi ala barat sampai makanan Thailand. Sambil sarapan, kami membahas kemana kami akan jalan hari ini. Seperti hari-hari sebelumnya, kami sudah berbekalkan peta Bangkok dan buku Lonely Planet Southeast Asia on a Shoestring. Selain itu kami juga sempat berdiskusi dengan seorang karyawan agen wisata yang ada di hotel itu. Dia menganjurkan kami untuk menyaksikan pertunjukan Siam Niramit. Setelah kami setujui dan keluar uang sebesar 1900 Bath untuk 2 buah tiket, kami memulai perjalanan kali ini. Perjalanan pertama kami adalah Grand Palace & The Temple of Emerald Budha. Untuk mencapai tempat ini kami berencana menggunakan Boat/River Taxi yang dermaganya berada tidak jauh (kurang lebih 1 km) dari hotel kami. Di tengah perjalanan menuju dermaga, kami berhenti sejenak di Fort Phra Sumen. Benteng ini berada ditepi sungai ChaoPhraya. Potret-potret sejenak di Fort ini dan melanjutkan perjalanan menuju dermaga. Dermaga ini dapat dicapai dari 2 jalan. Jalan yang pertama melalui sebuah taman yang terletak disamping Fort Phra Sumen atau dari sebuah jalan kecil mirip gang sekitar 100 m setelah taman. Untuk naik Boat kami harus mengeluarkan uang sebesar 18 Bath/orang. Kami naik dari Dermaga Phra Ar Thit (N13) dan turun di Dermaga Maharat (N9). Dari dermaga kami perlu berjalan kaki lagi sekitar 500 m untuk mencapai Grand Palace. Untuk bisa masuk ke Grand Palace & The Temple of Emerald Budha, kita harus berpakaian sopan. Jika pengunjung menggunakan celana/rok pendek dan kaos/kemeja tanpa lengan, maka penjaga akan mengarahkan pengunjung untuk menuju tempat penyewaan atau penjualan pakaian yang lebih sopan. Karena itu adalah aturannya. Jadi disarankan untuk menggunakan pakaian sopan bila berkunjung ke temple atau palace supaya tidak keluar uang sewa Setelah itu kita diarahkan menuju loket penjualan tiket. Kalau tidak salah tiket untuk Grand Palace, Temple serta museum seharga 300 Bath/orang. Setelah itu baru kita bisa masuk menuju kawasan temple. Disini juga disediakan perangkat audio berbagai bahasa yang menceritakan tentang kompleks ini. Sewa audio 200 Bath/alat.
Kompleks Grand Palace dan The Temple of Emerald Budha ini sangat luas. Jika kita benar-benar mengikuti, diperlukan waktu sekitar 2 jam (sesuai dengan waktu penyewaan audio). Patung Hermin (tabib) akan menyambut kita ketika memasuki kawasan Temple of Emerald Budha. Tempat ini indah dan sangat colorful. Juga terawat dengan baik. Sayang ketika kami sampai disana, matahari sudah cukup tinggi dan banyak awan, sehingga warna biru langit tidak terlalu bagus didalam foto. Dengan seribu satu gaya, kami menghabiskan waktu sambil berfoto-foto atau memotret berbagai hal. Wilayah istana pun terjaga dengan baik. Sayangnya, ditengah semua bentuk khas Thailand ada sebuah bangunan yang bergaya Eropa. Bangunan itu didirikan oleh Rama ke sekian (hehehe...lupa...). Saya akan ceritakan lebih detail tentang tempat ini pada judul yang lain. Tak terasa sudah 2 jam kami memutari kompleks istana. Setelah istirahat dan menggunakan fasilitas umum seperti WC, kami melanjutkan perjalanan. Kunjungan kami berikutnya adalah Wat Po atau Reclining Budha. Letak Wat Po ada dibelakang kompleks Grand Palace. Jadi kita bisa mencapainya dengan berjalan kaki. Kira-kira 500 meter lah. Di perjalanan menuju Wat Po, kami bertemu dengan seorang bapak-bapak yang dengan ramahnya menanyakan tujuan kami. Ketika kami berkata bahwa kami akan menuju Wat Po, bapak itu berkata bahwa Wat Po sedang ditutup karena ada acara para Monk. Bapak itu menyarankan kepada kami untuk pergi ke Smiley Budha dan beberapa tempat lain. Dia menunjukkan di peta yang kami bawa letak tempat-tempat itu. Selanjutnya bapak itu menawarkan kami untuk menggunakan Tuk-tuk untuk keliling-keliling ketempat yang dia sebutkan. Tapi karena dari awal kami sudah dipesankan untuk tidak menyewa Tuk-tuk, maka kami menolak saran bapak itu dan tetap berjalan menuju Wat Po. Dipikiran kami, coba aja dulu, kalo emang ditutup ya gak rejeki. Ternyata....taaaaarrrrrraaaaa..... rame pengunjungnya dan tidak tutup. Di tempat ini kami membayar 50 Bath/orang untuk tiket masuk. Kejadian dengan bapak-bapak itu tidak hanya sekali kami alami, tapi 2 kali. Untung keras kepala juga, jadi tak terbujuk rayuan maut tuk-tuk Ada apa di dalam Wat Po? Seperti saya sudah katakan diatas, tempat ini dikenal juga dengan Reclining Budha-nya. Jadi didalamnya ada patung Budha dari emas yang besar sekali sedang berbaring dengan kepala ditopang oleh tangannya. Sorotan lampu membuat patung ini tampang bersinar dan ada warna-warna seperti pelangi. Karena kami datang hanya untuk melihat sang Budha yang sedang berbaring, setelah puas foto-foto, kami pun beranjak dari tempat ini. Tujuan berikutnya adalah Wat Arun. Arun sendiri berarti matahari terbit. Mungkin kalau kita foto-foto di pagi hari saat matahari terbit, tempat ini mempunyai view paling indah. Tapi saat kami kunjungi Wat Arun, cuaca cukup bersahabat, sehingga langit tampak biru dan awan pun hanya sedikit. Untuk mencapai Wat Arun, kami cukup berjalan kaki ke dermaga di dekat Wat Po, Dermaga Thien. Perjalanan menuju dermaga akan melewati sebuah pasar tradisional yang menjual berbagai makanan, pernak-pernik dan minuman segar. Disini kami mencoba jus rosella yang sedang ngetop itu Rasanya asem-asem seger. Dari dermaga ini kami naik kapal yang hanya menyebrangi sungai saja (cross river ferries). Tiket kapal ini 3 Bath/orang. Turun dari kapal, kami langsung berada di kawasan Wat Arun. Tiket masuk Wat Arun 50 Bath/orang. Berputar-putar, melihat-lihat dan tentu saja foto-foto adalah kegiatan yang kami lakukan disini. Tak memakan waktu lama untuk mengunjungi tempat ini karena kompleks ini tidak terlalu luas. Ditempat ini kita bisa berfoto dengan memakai pakaian khas Thailand. Tentu saja pakaian-pakaian itu disewakan. Kembali naik kapal ferri ke Dermaga Thien, dan kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan Boat sampai Dermaga Central. Tiket boat 13 Bath/orang. Dari situ kami sambung dengan naik BTS Sky Train sampai daerah Silom (25 Bath/orang). Hari sudah menunjukkan pukul 5.30 dan kami belum shalat, kami mencari tempat untuk shalat. Karena letak mesjid cukup jauh dari tempat kami turun dan tak pasti harus shalat dimana, kami masuk ke sebuah pertokoan dan menemukan sebuah pojok yang kosong dan bisa kami gunakan untuk shalat. Walhasil dengan bertayamum & dijamak, kami melaksanakan shalat dzuhur dan ashar. Lega rasanya setelah selesai shalat. Selesai shalat, kami putuskan untuk pergi ke daerah Ratchadamri, tempat mal-mal paling happening di Bangkok. Disana kami makan siang dan malam (karena sarapan pagi agak siang dan belum makan siang, jadi makannya di rapel ). Kami makan burger ala jepang, Burger Mos dan semacam lagi karena kurang kenyang :p Dari situ kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan BTS dan MRT menuju Siam Niramit. Jika kita naik MRT, untuk mencapai Siam Niramit, turun di Thailand Cultural Center Station. Dari situ keluar di Exit 1 dan kita akan dijemput oleh shuttle untuk diantar ke Siam Niramit. Ini juga berlaku jika anda menuju MRT lagi dari Siam Niramit. Siam Niramit adalah suatu tempat yang didesain seperti pedesaan di Thailand. Disini anda bisa melihat kegiatan bermusik, kerajinan dan kegiatan penduduk di daerah. Tersedia juga restauran dan gift shop juga musholla. Selain itu di Siam Niramit, ada sebuah pertunjukan yang berjudul Siam Niramit: Journey to the Enchanted Kingdom of Siam. Ini adalah pertunjukan yang sangat bagus dari semua sisi seperti kostum, tata panggung, cerita dll. Yang membuat saya paling terpukau adalah sungai tiruan diatas panggung. Awalnya panggungnya kering dan ketika mereka ganti background, panggung bagian depan sudah berair layaknya sebuah sungai. Pertunjukan ini sangat saya anjurkan untuk ditonton. Tidak rugi kami bayar tiket dengan harga cukup mahal. Pertunjukannya seperti Broadway di Amerika. Sayang Indonesia belum bisa bikin yang seperti ini. Padahal tenaga kreatif kita sangat banyak. Dan disini kita tidak boleh memotret. Hiks...padahal keren banget... Panggung pertunjukan ini mendapat award dari Guinnes World Records sebagai stage tertinggi di dunia. Woooow.... Silakan kunjungi websitenya untuk info lebih lanjut. Dari Siam Niramit, kami lanjut ke Suanlum Night Bazzaar. Belanja oleh-oleh dan titipan orang-orang. Pulang dari Suanlum sudah lewat tengah malam dan dengan barang belanjaan yang lumayan banyak, kami pulang naik taksi. Supir taksi disini menggila. Gaya nyetirnya kayak supir metromini. Ugal-ugalan. Untung kami segera sampai di hotel, kalau tidak, sisa makanan di lambung pasti sudah keluar semua Itulah akhir perjalanan kami hari ini. Sampai di kamar, shalat, pasang yoko-yoko lalu tidur dengan manis TIPS:
Ketika kami berkunjung lagi ke Bangkok di tahun 2011, ternyata Suanlum Night Bazzaar sudah tidak ada lagi.
0 Comments
Leave a Reply. |
Categories
All
Blog WalkingArchives
July 2024
|